Mohon tunggu...
ben10pku
ben10pku Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang pemerhati (yang kata banyak orang) sangat jeli menilai sesuatu.

Generasi 70an. Suka membaca novel pengembangan kepribadian. Tokoh favorit adalah karakter-karakter Walt Disney.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Dosen Harus Lulusan S3?

1 Oktober 2016   12:28 Diperbarui: 24 Agustus 2017   13:28 884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seiring dengan adanya pengumuman dari Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir yang menegaskan bahwa perguruan tinggi di Indonesia diharapkan bisa meningkatkan kualitasnya ke depan. Sebab, saat ini Indonesia harus menghadapi persaingan cukup berat di era MEA ini. Oleh sebab itu dosen harus minimal bergelar doktor. Maka saya akan membahas tentang urgensinya S3.

Dosen Enggan Mengambil S3

Berikut adalah beberapa alasan kenapa para dosen enggan mengambil S3:

  1. Permasalahan Biaya. Beberapa dosen enggan melanjutkan ke jenjang S3 karena biayanya yang mahal. Okelah pemerintah memberikan beasiswa, tetapi bagaimana dengan biaya hidup dan operasional? Dosen saya yang mengambil S3 di universitas di Malang mengatakan bahwa dia harus merogoh koceknya sebesar Rp. 500,000,000 untuk menyelesaikan jenjang S3nya. Itu dikarenakan besarnya biaya operasional (transportasi dengan pesawat terbang dan akomodasi).
  2. Sibuk Berbisnis. Sudah menjadi rahasia umum bahwa gaji dosen di negara kita termasuk kategori minim. Walhasil sebagian dosen memiliki usaha sampingan. Terkadang usaha sampingan memiliki penghasilan yang jauh lebih besar dibanding gajinya sebagai dosen. Oleh karena itu tentunya dosen tersebut lebih fokus ke usahanya daripada mengambil gelar yang lebih tinggi. Perlu dicatat kalau dosen yang bersangkutan mengambil jenjang S3 di luar kota atau bahkan luar propinsi maka dia harus meninggalkan/menyerahkan usahanya untuk dikelola oleh orang lain. Yang jelas hal ini tentu terlalu beresiko.
  3. Alasan Rumah Tangga. Ini juga menjadi salah satu alasan utama kenapa para dosen enggan mengambil S3. Khususnya untuk wilayah Pekanbaru sini dimana untuk S3 selain ekonomi harus mengambil ke perguruan tinggi ke luar propinsi bahkan sampai luar negeri. Propinsi yang menjadi tujuan biasanya adalah Sumatera Barat. Bagi dosen yang sudah berumah tangga tentunya hal ini menjadi kendala besar. Dia harus meninggalkan keluarganya demi kuliah di luar propinsi. Apalagi kalau anaknya yang masih kecil dan lucu-lucunya.

Sertifikasi Dosen Mulai Dipertanyakan

Dalam beberapa waktu terakhir saya membaca bahwa sertifikasi guru sudah mulai mengalami permasalahan karena pemerintah kekurangan dana. Walhasil ada sebagian guru yang tidak mendapatkan honor dari sertifikasi guru dan proses sertifikasi guru yang baru juga terhambat. Apa jadinya jika hal ini juga terjadi di ranah dosen? Hal inilah yang membuat sebagian besar dosen menjadi harap-harap cemas.

Sasaran Yang Tidak Tepat

Bila diteliti dengan seksama bahwa banyak laporan dari hasil-hasil penelitian yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara sertifikasi dengan kualitas pendidikan. Dalam artian meski dosen-dosen sudah lulus sertifikasi tetapi kualitas lulusan mahasiswanya juga begitu-begitu saja. Bisa jadi para dosen berpikir buat apa mengajar dengan serius toh sudah lulus sertifikasi.

Masalah ini diperparah dengan tidak adanya indikator penilaian yang jelas tentang kualitas pendidikan tinggi kita. Kalau indikatornya banyaknya lulusan mahasiswa yang diterima di lapangan kerja tentu tidak tepat. Karena memang mahasiswa itu rata-rata kuliah sambil bekerja (khusus kota Pekanbaru). Lalu indikator apa yang tepat? Menurut saya indikator yang tepat adalah jumlah publikasi ilmiah dan prestasi di tingkat nasional dan internasional. Contoh jika mahasiswa sering mempublikasikan artikel di koran-koran berarti dia berprestasi. Atau sang mahasiswa berhasil menjadi juara robotik di tingkat nasional itu baru namanya berprestasi.

Menurut saya keberhasilan mahasiswa mencapai prestasi ini tidak lepas dari jasa para dosen yang membimbingnya. Nah dosen-dosen inilah yang wajib diberi penghargaan dan diberi wild carduntuk lulus sertifikasi dosen.

Masalahnya Dimana?

Sebenarnya masalah pendidikan kita bukan terletak pada jenjang pendidikan dosen tetapi pada prestasi. Selama ini sudah menjadi rahasia umum bahwa pemerintah kita selaku menggunakan jalur administrasi untuk melakukan penyaringan. Hal ini bisa dibuktikan dari peraturan guru harus S1, dosen harus S2, dsb. Padahal dari banyak penelitian bisa disimpulkan tidak adanya hubungan antara kualitas pendidikan dosen dengan kualitas pendidikan itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun