Lalu, sebelum senja menenggelamkan dirinya, sebait puisi kutuliskan di selembar kertas yang telah basah oleh airmata: "Aku akan terus mengingatmu, melebihi ingatan yg diberikan waktu".
"Aku bahagia engkau masih mengingatku, dan engkau bahagia aku telah melupakanmu", balas masa silamku, sesaat setelah membaca puisiku. "Barangkali, cinta adalah kesedihan yang terus berulang. Barangkali, kesedihan ialah kebahagiaan yang ingin dilupakan. Barangkali..."
*Catatan: beberapa orangnya menyebutnya puisi, beberapa lagi menyebutnya prosa. Aku menyebutnya GALAU
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H