Selasa kemarin 4 feb 14, saya berkesempatan untuk kembali ke Medan yang ke-2 kalinya. jika sebelumnya untuk kegiatan operasi sumbing, hernia dan katarak di pangkalan brandan, maka kali ini untuk mengadakan kegiatan pengobatan gratis bagi pengungsi sinabung.
Perjalanan Medan-Sinabung menyita waktu kurang lebih 2 jam, sepanjang perjalanan saya dengan 2 rekan satu grup ditemani driver pak Dahman. Sepanjang perjalanan jalan banyak berkelok, dan perlahan mendaki, karena wilayah sekitar sinabung ternyata banyak pegunungan. Ternyata, kami transit menginap di Brastagi, daerah yang konon terkenal dengan beberapa agrobisnis/wisata semacam jeruk brastagi, wortel, dan lainnya. Udaranya pun sangat dingin mengalahi udara puncak bogor/cianjur. Sedangkan titik aman untuk posko pusat informasi maupun posko penanggulangan bencana ada di sebelah brastagi yaitu kabanjahe.
Setiap perjalanan, disela-sela perputaran roda, tanpa disadari kita selalu mengisinya dengan percakapan dan candaan untuk membunuh waktu. Dan tanpa kita sadari pula, jika kita berbicara dengan teman seperjalanan, maka sebenarnya kita sedang mengungkap kualitas diri kita yang sesungguhnya, betapa pembicaraan bisa mewakili apa yang kita lakukan selama ini.
Konon, orang akan berbicara pada apa-apa yang dicintainya atau bahkan sebaliknya, jika ia berbicara tentang pekerjaan, bisa jadi itu yang ia cintai atau benci. Jika ia lebih suka bicara tentang keluarga, berarti itu sesuatu yang ia sayangi. kalau bicara lawan jenis, berarti bisa jadi ia masih jomblo hehehehe.
Hanya kita yang bisa menebak, kualitas apa kita yang sebenarnya, apa-apa yang kita bicarakan sepanjang perjalanan menggambarkan hal itu. Disini tidak akan saya bahas tentang apa-apa yang di cakapkan, namun kita jadi semakin mengerti bagaimana seseorang saat menghadapi macet, saat di kejar waktu, saat meilhat pemandangan, saat kaget melihat mobil dari arah berlawanan dan seterusnya. karena sesuatu yang jarang ditemui atau "mengesalkan" akan memancing mulut kita berbicara secara lepas dan jujur. Apakah lebih banyak kekesalan yang dikeluarkan, atau takbir dan istighfar. Kalo saya masih kombinasi antar keduanya xixixi ....
Terakhir, diperjalanan pun kita bisa tahu, seberapa orang peduli pada kewajibannya selaku hamba kepada Tuhan-Nya. Karena bisa jadi bibirnya terbiasa bertakbir sepanjang jalan, namun kakinya sangat berat dan enggan untuk sejenak mampir menunaikan sholat. Atau kadang mulutnya fasih membicarakan kejelekan kebiasaan umat beragama yang lain, tapi tangannya terasa sulit untuk mengambil wudhu. Saya masih kurang ibadahnya dibanding yang lain, namun setidaknya untuk hal yang wajib, baiknya kita tunaikan daripada tidak sama sekali, tinggal kualitasnya yang perlahan2 ditingkatkan.
NB: Oh ya, yang punya kesempatan untuk mampir ke Medan, jika mau cari driver, bisa juga hubungi Abang Dahman ini, tingginya sedang sekitar 160an, tidak terlalu kurus atau gemuk, tapi logatnya lucu dan bisa diajak humoris, supaya tidak terlalu jenuh di jalan, ia bisa diajak utk guide di jalan ke tempat2 wisata di Sum-Ut , kalo sepakat bisa hubungi 0813-6217-1576
Semoga bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H