Mohon tunggu...
BEM FKIP UHAMKA
BEM FKIP UHAMKA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA

LEMBAGA EKSEKUTIF FKIP UHAMKA

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan di Era Disrupsi

18 Agustus 2024   22:44 Diperbarui: 18 Agustus 2024   23:43 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Oleh: Raden Roafli Bilhaki (BEM FKIP UHAMKA), Ikhman Akbar (Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia) dan Novita Ramadhani Sofyan (Pendidikan Matematika)

Sistem pendidikan saat ini sering kali lebih berfokus pada pendekatan generalis dibandingkan spesialis. Hal ini berarti bahwa kurikulum dirancang untuk memberikan pengetahuan umum yang luas kepada siswa, daripada mendalami satu bidang khusus dari awal pendidikan mereka. Pendekatan ini memiliki kelebihan dan kekurangan, adapun kelebihan pendekatan generalis membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah yang dapat diterapkan di berbagai konteks. 

Hal tersebut juga memberikan fleksibilitas lebih besar bagi siswa dalam memilih jalur karir mereka di masa depan. Namun, kekurangannya adalah siswa mungkin tidak mendapatkan keterampilan mendalam yang diperlukan untuk bidang tertentu, sehingga perlu melanjutkan pendidikan lebih lanjut atau pelatihan khusus untuk mencapai tingkat keahlian yang tinggi.

Kurikulum merupakan salah satu aspek penting dalam sistem pendidikan, terdapat pro dan kontra terhadap kurikulum yang menjadi bahan diskusi saat ini. Di satu sisi, kurikulum yang terstruktur dengan baik dapat memastikan bahwa semua siswa mendapatkan pengetahuan dasar yang diperlukan. Namun, di sisi lain kurikulum yang terlalu kaku dapat membatasi kreativitas dan kemampuan inovatif siswa. Pasca pandemi Covid-19 menyebabkan banyak sekolah mengalami perubahan signifikan dalam cara penyampaian materi. Pembelajaran daring menjadi norma baru dan kurikulum harus disesuaikan untuk mengakomodasi metode ini. Pengalaman ini menunjukkan bahwa fleksibilitas dalam kurikulum sangat penting. 

Akan tetapi, ditemukan bahwa tidak semua siswa memiliki akses yang sama terhadap teknologi yang dibutuhkan untuk pembelajaran daring, sehingga terdapat kesenjangan pendidikan.Teknologi pendidikan telah membawa banyak perubahan positif, seperti akses yang lebih mudah ke sumber daya pendidikan, fleksibilitas dalam belajar, dan kemampuan untuk mengikuti perkembangan terbaru dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Alat-alat seperti platform e-learning, video pembelajaran, dan perangkat lunak pendidikan telah memperkaya pengalaman belajar siswa. 

Namun, adopsi teknologi juga membawa tantangan tersendiri. Tidak semua siswa dan guru memiliki akses yang sama terhadap teknologi canggih, sehingga menciptakan kesenjangan digital. Selain itu, perlu ada pelatihan yang memadai bagi guru untuk memanfaatkan teknologi ini secara efektif dalam proses pembelajaran.Ketidakmerataan dalam pendidikan adalah masalah yang masih terjadi di banyak tempat. 

Di Indonesia, banyak sekolah di daerah terpencil yang masih kekurangan sarana dan prasarana yang memadai. Fasilitas seperti ruang kelas yang layak, buku pelajaran, dan alat peraga sering kali tidak tersedia. Selain itu, kualitas guru juga menjadi tantangan. Banyak guru di daerah terpencil yang belum mendapatkan pelatihan yang memadai. Program peningkatan kualitas guru sering kali hanya tersedia di kota-kota besar, sehingga meninggalkan guru di daerah terpencil dengan keterampilan yang terbatas.

Kualitas pendidikan sangat berpengaruh terhadap masa depan bangsa. Tingkat literasi yang rendah menunjukkan bahwa masih banyak anak yang tidak mendapatkan pendidikan berkualitas. Feodalisme dalam sistem pendidikan saat ini adalah dimana akses dan kualitas pendidikan sangat tergantung pada status sosial dan ekonomi, masih menjadi masalah yang menghambat kemajuan. Dampak dari kualitas pendidikan yang rendah sangat luas, termasuk rendahnya produktivitas dan daya saing bangsa. 

Teknologi seharusnya menjadi solusi untuk meningkatkan kualitas pendidikan, namun tanpa kesiapan yang memadai, teknologi bisa menjadi bumerang. Kesejahteraan guru juga merupakan faktor krusial dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Guru yang sejahtera cenderung lebih termotivasi dan berdedikasi dalam mendidik siswa. Namun, banyak guru yang masih mendapatkan gaji dan tunjangan yang tidak memadai, terutama di daerah terpencil.

Pendidikan adalah fondasi bagi kemajuan suatu bangsa. Untuk mencapai sistem pendidikan yang ideal, dibutuhkan kurikulum yang fleksibel dan adaptif, pemanfaatan teknologi yang tepat, pemerataan sarana dan prasarana, serta peningkatan kesejahteraan guru. Dengan demikian, diharapkan setiap anak di Indonesia mendapatkan pendidikan berkualitas yang akan mempersiapkan mereka menjadi generasi penerus yang unggul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun