Mohon tunggu...
BEM FKIP UHAMKA
BEM FKIP UHAMKA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA

LEMBAGA EKSEKUTIF FKIP UHAMKA

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Akademia: Mahasiswa Tutup Mata, Niscaya Kelembagaannya Tutup Usia

31 Desember 2022   21:17 Diperbarui: 31 Desember 2022   21:46 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BEM FKIP UHAMKA telah menyelenggarakan kegiatan bertajuk "Akademia" untuk merefleksikan peranan mahasiswa dalam bermasyarakat. Akademia perdana merupakan langkah awal bagi Bidang Keilmuan BEM FKIP Uhamka yang akan terus berlanjut dalam satu periode.

Kamis, 29 Desember 2022 telah berlangsung Akademia perdana di Lapangan Miring, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universtias Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka. Kegiatan diskusi mahasiswa dihadiri oleh 40 mahasiswa aktif dari berbagai macam program studi.

Ketua Umum BEM FKIP UHAMKA periode 2022-2023 yakni Sabiq Ahsan dan Reznu Altifan selaku Ketua Bidang Keilmuan BEM FKIP UHAMKA berkesempatan menjadi pemantik. Selain itu, kegiatan diskusi dipandu oleh Salsabila, Seketaris Bidang Keilmuan.

Panitia BEM FKIP UHAMKA berharap dengan adanya kegiatan ini mampu membangun budaya diskusi yang telah hilang dikalangan mahasiswa. 

"Kegiatan Akademia ini merupakan upaya untuk kembali menyuburkan diskusi yang mulai mengering di kampus ini. Silahkan berpendapat, karena tidak ada larangan bicara dalam kegiatan ini selagi memiliki kebermanfaatan" Ujar, Reznu.

Alur diskusi dimulai dengan penguat dari kedua pemantik, yang nantinya akan dilanjutkan melalui tanggapan peserta yang hadir. Kedua pemantik menjelaskan terkait peranan mahasiswa dalam bermasyarakat yang sudah mulai dilupakan karena kesibukan mahasiswa itu sendiri.

Sabiq berpendapat, "Mahasiswa memiliki empat peran dalam bermasyarakat; Agent of Change, Social Control, Iron Stock, dan Moral Force. Keempat peran tersebut saling beririsan, kita (mahasiswa) dapat melakukan peranan tersebut dimulai dengan langkah sederhana dalam sehari-hari".

"Perlu disadari peranan moral force di pundak mahasiswa. Berbagai keistimewaan atau previlage yang diterima mahasiswa menjadikannya sebagai pemuda yang berbeda dihadapan masyarakat. Tindakan dan pikiran harus mencerminkan sosok terpelajar yang dapat diteladani." Reznu dalam penyampainnya.

Kedua pemantik telah menjabarkan pandangannya terkait kondisi citra mahasiswa dewasa ini. Diskusi dimulai ketika peserta dipersilahkan untuk menanggapi terkait topik peran mahasiswa dalam bermasyarakat. 

Berbagai tanggapan disampaikan oleh beberapa peserta, terdapat peserta yang mengutarakan keprihatinannya terhadap pergerakan mahasiswa yang sudah tidak "segarang" dahulu hingga lebih memilih fokus mendapatkan gelar sarjana.

"Menurut saya mahasiswa adalah sekadar seseorang yang mendapatkan legalitas, tidak lebih daripada itu", Ujar salah satu peserta.

Tangapan dari peserta lain menghiasi diskusi tersebut, "Mahasiswa paling apatis sekalipun akan memberikan dampak kepada masyarakat. Contohnya, kita (mahasiswa pendidikan dan keguruan) pastinya akan mengajar dan secara langsung mengimplementasikan keempat peranan yang telah disebutkan tadi" 

Dokpri
Dokpri

Semakin berjalannya diskusi, topik pembahasan mulai melebar terkait kelembagaan mahasiswa. Lembaga mahasiswa yang memiliki hak untuk mewadahi mahasiwa dalam pemenuhan peranan mahasiswa, namun ironisnya tingkat kepercayaan mahasiswa terhadap lembaga malah munurun.

Mahasiswa-mahasiswa yang tergabung dalam lembaga merupakan mahasiswa yang lebih memiliki kesempatan lebih banyak dalam berkegiatan. Organisatoris menjelma sebagai pelayan mahasiswa, namun jangan lupa untuk meyadari kemampuan diri sendiri.

"Sebelum kita memberikan manfaat kepada orang lain, kita harus bertanya apakah kita telah memberikan manfaat bagi diri sendiri. Jangan sampai kapasitas kita justru tidak sesuai dengan pergerakan dalam berorganisasi, yang mengakibatkan "toxic" kelembagaan" Ujar seorang mahasiswa.

Diskusi ditutup dengan pertanyaan bagaimana menumbuhkan kembali kepercayaan mahasiswa dalam kelembagaan. Kedua pemantik memiliki pendapat tersendiri, namun memiliki kesamaan yaitu harapan bahwa kepercayaan mahasiswa bukan hal yang mustahil untuk diraih.

"Ketika mahasiswa sudah apatis, lembaga jangan sampai pesimis. Jika siklus tersebut terus berlanjut, tidak ada jalan keluar yang justru kedua instrumen tersebut akan saling berbenturan. Poinnya, tetap melakukan berbagai upaya dan mereformulasi pergerakan". Jawab, Reznu.

Sabiq menambahkan, "Terkadang mahasiswa aktif enggan mempercayai kelembagaan, justru disebabkan karena pengurus kelembagaan itu sendiri yang enggan berbaur. Mari membaur dengan mereka sehingga kita dapat mendengar langsung keresahan mereka, serta mengajak mereka secara persuasif."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun