Selamat Datang, Presiden
Oleh: Nurul Arifah Wahyuni
(Staff Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM FEU 2014)
Pesta demokrasi tiap lima tahun sekali akan mencapai puncaknya pada 22 Juli 2014 nanti. Konsistensi KPU dalam mengumumkan hasil rekapitulasi pilpres yang menjadi penentu siapa presiden baru akan teruji. Kredibilitas lembaga survei dan media massa terkait perbedaan quick count dan pemberitaan pilpres juga akan terbukti. Pada masa penantian yang tinggal menghitung hari bahkan jam ini, perbincangan mengenai pilpres, capres, cawapres, beserta isu-isu mengenai mereka tak pelak sudah mencapai titik jenuh untuk sebagian masyarakat Indonesia. Yang membuat heran, masih banyak pendukung pasangan capres cawapres dari kedua kubu yang masih memaksimalkan kampanye walaupun pemilihan suara sudah selesai dilaksakan. Bukannya mereda, isu-isu negatif capres cawapres beserta elit-elit politik pendukungnya kian merebak di berbagai media massa. Jika ingin demokrasi di Indonesia semakin dewasa, tentunya seluruh pihak yang terkait dalam proses demokrasi ini juga harus menunjukkan kedewasaan dalam menghadapi pilpres yang merupakan pesta demokrasi terbesar negeri ini.
Pasangan capres cawapres
Deklarasi kemenangan yang dilakukan kedua kubu dalam menanggapi hasil quick count memang menjadi sorotan publik. Kedua kubu dinilai terlalu percaya diri dan jumawa terhadap kemenangan quick count sehingga terkesan mengabaikan hasil real count oleh KPU. Belum cukup sampai disitu, ketidakdewasaan juga terlihat saat proses rekapitulasi suara berjalan. Pihak capres yang meminta pengumuman pilpres diundur semakin membuat pendukung kubu sebelah panas. Isu bahwa pihak capres tersebut tidak bisa menerima kekalahan ramai menghiasi timeline media massa belakangan ini. Sebenarnya masih banyak hal lain yang terpampang jelas pada berbagai media massa yang menunjukkan sikap belum dewasa dari masing-masing pasangan capres cawapres. Dalam situasi seperti ini, seharusnya mereka lebih mampu menjaga sikap karena sadar ataupun tidak, mereka sedang menjadi sorotan seluruh negeri. Karenanya, pada 22 Juli nanti, sikap pasangan capres cawapres dalam menghadapi hasil real count akan menunjukkan bagaimana kedewasaan mereka. Pasangan yang menang haruslah rendah hati. Yang kalah, haruslah berlapang dada. Jika memang merasa ada kecurangan, proseslah dengan cara yang benar sesuai hukum yang berlaku. Jangan sampai melakukan tindakan ceroboh yang dapat memancing emosi massa.
Rakyat Indonesia
Mendukung pasangan capres cawapres tentu boleh, namun jangan sampai dukungan tersebut membuat kita buta terhadap peran untuk mengawal proses demokrasi itu sendiri. Jangan berlebihan dalam menanggapi isu. Pada 22 Juli nanti, mari lupakan pilihan kita pada pilpres yang telah lalu. Mari sama-sama kita ucapkan selamat datang untuk presiden baru, siapapun itu. Jangan sampai pilpres mengurangi persatuan kita sebagai rakyat Indonesia. Berikan dukungan dan kepercayaan kepada beliau untuk memimpin negara ini, namun tetap kawal dan kritisi dalam setiap proses pelaksanaan pemerintahan di kemudian hari.
Selamat datang, Presiden
Selamat datang, Presiden. Cita-cita dan harapan untuk Indonesia yang lebih baik kami titipkan di pundakmu. Dalam masa jabatanmu nanti, jangan banyak berharap pada sanjung puji. Hari-harimu akan dipenuhi oleh kritik dan caci maki. Akan ada masanya ketika engkau merasa lelah dan dunia berbalik menyerangmu. Namun percayalah pak, jika memang kebaikan untuk negeri ini yang engkau perjuangkan, rakyat Indonesia tak akan melupakanmu. Percayalah masih banyak yang selalu berdoa dan berjuang bersamamu. Selama kebaikan untuk negeri ini yang engkau perjuangkan, engkau tak akan pernah sendiri pak, selalu ada kami yang akan berjuang bersamamu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H