Mohon tunggu...
BEM FEUI
BEM FEUI Mohon Tunggu... -

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 2014

Selanjutnya

Tutup

Politik

Moral Politikus di Era Pemilu

26 Juli 2014   16:48 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:07 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Moral Politikus di era Pemilu

Oleh Mulya Syafnur

(Staff Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM FEUI 2014)

Sebuah Pandangan dari  Machiavelli

Machiavelli merupakan orang yang pertama kali mendiskusikan fenomena sosial politik yang tidak merujuk pada sumber – sumber tertentu. Machiavelli berpendapat bahwa politik hanya berkaitan satu hal, yaitu memperoleh dan mempertahankan kekuasaan. Beberapa hal seperti agama dan moralitas yang selama ini dikaitkan dengan politik tidak memiliki hubungan dengan politik,kecuali agama dan moralitas tersebut dapat membantu untuk mendapatkan dan mempertahankan politik. Keahlian yang diperlukan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan adalah perhitungan. Seorang politikus mengetahui benar apa yang harus dilakukan atau yang harus dikatakan dalam setiap situasi.  Cara – cara agar seorang individu dapat memperoleh dan mempertahankan negara tidak dapat diprediksi dan mudah berubah. Hanya orang hebat dengan pikiran penuh perhitungan yang dapat menaklukkan kondisi sosial politik tersebut.

Politikus Indonesia saat Pemilu

Sebelum dan pada saat pemilu, terdapat perubahan dalam ambisi politik seorang politikus. Sebelum era pemilu dimulai, banyak politikus yang sejatinya tidak menunaikan kewajibannya sebagai pelayan rakyat. Tidak terlihat yang turun ke jalan, tidak terlihat yang peduli rakyat kecil, dan banyak yang sekali hal yang tidak terlihat. Namun, pada saat era pemilu dimulai semuanya berubah. Mereka yang bahkan tidak pernah terlihat menjadi terlihat, mereka yang tidak pernah turun ke jalan kemudian turun ke jalan, dan lain sebagainya. Maka, perubahan yang terjadi ini benar adanya sesuai apa yang telah dipaparkan oleh Machiavelli. Pada akhirnya, politikus hanya akan benar – benar melakukan berbagai cara untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan. Dan menurut mereka salah satu caranya adalah  pencitraan yang dilakukan sebelum memasuki era pemilu dimulai.

Jika politik yang terjadi hari ini adalah benar sesuai dengan pandangan Machiavelli,maka mungkin benar adanya bahwa politik telah mengenyampingkan agama dan moralitas. Dan kalaupun  seorang politikus  mengkaitkan cara berpolitiknya dengan nilai agama dan moralitas, maka bisa saja yang terjadi adalah hal tersebut kesempatan yang dijadikan sebagai langkah untuk mencapai dan mempertahankan kekuasaan itu kembali.

Melihat Indonesia yang memiliki masa depan yang sangat optimis dari berbagai aspek maka rasa pesimis akan muncul apabila cara berpolitik telah mengenyampingkan agama dan moralitas. Indonesia adalah hukum bukanlah negara yang mengidentikkan diri dengan sebuah agama. Namun, aqidah dan nilai – nilai agama merupakan pembelajaran dasar seorang manusia sejak ia dilahirkan termasuk nilai – nilai moralitas. Terlebih lagi orang – orang berpendidikan tinggi yang memiliki kecerdasan dapat melupakan nilai – nilai tersebut.

Pembelajaran agama dan moralitas tersebut dapat sirna hanya karena ambisi politik yang mengarah pada kekuasaan. Sehingga, para politikus yang seperti itu seolah – olah telah kehilangan arahnya sebagai manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Kekuasaan lah yang mengarahkan nilai – nilai tersebut meredup. Ambisi politik yang mengenyampingkan agama dan moralitas ini lah yang sebenarnya membuat kita melihat masa depan Indonesia yang pesimis.

Sebagai manusia kita memang tidak mengetahui secara pasti manakah politikus yang benar – benar baik dan tidak baik. Langkah pasti yang perlu kita lakukan adalah mempertahankan nilai – nilai agama dan moralitas diri sendiri terlebih dahulu dan tentunya menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang – orang sekitar.

Benar yang banyak orang katakan bahwa politikuslah yang menentukan banyak perubahan dari negara besar ini. Namun, melihat situasi dan kondisi yang terjadi saat sekarang ini, maka langkah terbaik yang generasi muda lakukan adalah mempertahankan nilai – nilai agama dan moralitas diri sendiri terlebih dahulu dan tentunya menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang – orang sekitar.

Hal – hal bermanfaat kecil yang setiap orang bisa dilakukan adalah sebuah hal besar apabila dilakukan banyak orang. Hal ini tidak memerlukan ambisi politik dan tanpa mengenyampingkan nilai agama dan moralitas. Maka, harapan yang tercapai adalah setiap orang yang mengharapkan perhatian seorang politikus tidak perlu menggantungkan harapannya terlalu tinggi pada seorang politikus.

Moral politikus memang menentukan arah bangsa, namun moral tiap individu lebih menentukan arah bangsa. Pemilu saat ini telah mengajarkan kita banyak hal dan pembelajaran tersebut dapat menjadi langkah lebih baik untuk Indonesia kedepan dan langkah sebagai  seorang manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

“Hidup adalah bukan masalah memenangkan kebenaran hati satu orang atau satu juta manusia, melainkan memenangkan kebenaran Yang Maha Kuasa”. – Mulya Syafnur

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun