Pemilihan Bupati Asahan [Sumatera Utara] hanya tinggal setahun lagi. Taufan Gama dipastikan maju sebagai incumbent. Di sisi lain, tampaknya baru ada satu kompetitor yang mendeklarasikan dirinya akan maju "menantang" Taufan Gama, yaitu Satriawan Guntur Zass. Selebihnya baru wait and see.
Selain modal ekonomi, akumulasi modal sosial politik Taufan Gama (khususnya dari desa-desa) untuk bekal mencalonkan diri, semakin kuat dan sulit dibendung. Akumulasi modal sosial politik tersebut antara lain diperoleh melalui strategi politik santunan.
Politik santunan sejauh ini terbukti sangat efektif memanipulasi kesadaran kolektif masyarakat Asahan di desa untuk meyakini citra positif seorang Taufan Gama ditengah berbagai catatan kritis terhadap proses pemerintahan serta pebangunan yang dijalankannya..
Saat yang sama, belum terlihat ada upaya sistematis, terstruktur dan massif yang dilakukan oleh para (calon) kompetitor Taufan Gama untuk menahan laju akumulasi modal sosial politik tersebut.
Politik santunan bisa bekerja secara efektif untuk memanipulasi kesadaran kolektif masyarakat di desa karena minimnya informasi yang mampu menembus sampai desa. Akibatnya masyarakat desa begitu mudah terpedaya oleh pencitraan Bupati Taufan Gama yang dibangun antara lain dengan politik santunan.
Minimnya informasi kritis yang bisa menembus sampai ke desa menyebabkan mereka/masyarakat desa tidak memiliki referensi pembanding yang cukup untuk mengkritisi berbagai (propaganda) informasi positif yang disebarkan oleh perangkat politik incumbent.
Dalam kondisi itu, salah satu cara untuk melumpuhkan kedigdayaan politik santunan ini adalah dengan memasukkan informasi kritis tentang berbagai kebijakan, karakter dan model kepeimpinan, serta keberhasilan pembangunan yang dilakukan oleh Bupati Taufan Gama sampai ke desa-desa. Tidak cukup memasukkan, tetapi juga perlu menyebarluaskannya sehingga menjadi diskursus sosial politik masyarakat di desa secara masif. Untuk itulah diperlukan Instrumen yang bernama media komunitas.
Media komunitas adalah wadah komunikasi rakyat yang terbatas pada komunitas (kelompok/jejaring) tertentu dan jangkauan area tertentu. Tujuan dari pembentukan media komunitas adalah untuk menumbuhkan kepedulian dan kesadaran kritis terhadap berbagai persoalan sosial dan politik yang ada disekitar mereka.
Ada banyak ragam media komunitas, seperti radio komunitas, surat kabar komunitas, buletin/news leter komunitas, bahkan dalam pengertian yang lebih luas, "pertemuan warga" dapat juga dimaknai sebagai bentuk lain dari media komunitas itu sendiri.
Pertanyaanya, siapa yang akan melakukannya? Dan apakah waktunya masih cukup?