Dalam ketidakjelasan arah sikap, kebijakan dan keberpihakan Presiden Jokowi memberantas korupsi, tiba-tiba saya teringat dengan sosok Susi Pujiastuti. Ya, betul, ia seorang menteri perempuan, yang bertato dan hanya tamatan SMP, tahan hina, tahan olok-olok, tahan banting, dan mungkin tahan terror! Tidak hanya ahli segala “tahan”, Susi Pujiastuti juga tahan berpanas-panas di laut untuk memberikan komando penenggelaman kapal-kapal pelaku illegal fishing.
Perempuan nyeleneh ini, meskipun hanya tamatan SMP tetapi memiliki leadership yang kuat (strong leadership) untuk mengambil keputusan dan mempengaruhi perubahan atmosfer perbaikan tata kelola pemerintahan di kementeriannya. Dia seakan telah membongkar mindset ketertutupan sebuah lembaga birokrasi. Melalui tangan tangguhnya ia telah memperlihatkan usaha dan keberhasilannya membangun sistem transparansi dan akuntabilitas dengan gagah berani. Saya bahkan tidak melihat pilihan kebijakan yang dilakukan Susi Pujiastuti tersebut sebagai sama dengan pilihan Presiden Jokowi, karena toh di Kementerian lainnya tidak melakukan hal yang sama?
Kalau saja presidennya adalah Susi Pujiastuti, tentu polemik KPK-Polri beserta pernak-pernik kriminalisasi di dalamnya tidak sampai terbiarkan berkepanjangan sehingga miris kita melihatnya. Seperti ketika menenggelamkan kapal para pelaku illegal fishing saya mengira Susi Pujiastuti juga akan menengelamkan kapal-kapal hantu (gostships) pengangkut para pembajak yang ingin mencuri agenda pemberantasan korupsi di negeri ini. Susi Pujiastuti tidak akan peduli, meskipun pada akhirnya ia juga tidak akan luput dari upaya korak-korek kesalahan masa lalunya untuk menjadi target kriminalisasi. Tetapi, melihat tabiatnya yang istiqomah, Susi Pujiastuti pasti akan terus berjalan lurus dengan keyakinannya, meskipun mitra kerja dan koalisi atau bawahannya suka atau tidak suka.
Kalau saja presidennya Susi Pujiastuti, saya yakin ia tidak akan peduli dengan kelanggengan jabatan yang dipegangnya. Meskipun sebagai seorang presiden Susi Pujiastuti bisa saja terancam dimakjulkan oleh para koalisi orang-orang tidak suka. Susi Pujiastuti bisa jadi malah akan meniru ucapan Soeharto dengan mengatakan, enggak jadi presiden ora patheken!
Kalau saja presidennya Susi Pujiastuti, mestinya tidak akan menunggu lama untuk mengambil sikap dan kebijakan tegas, demi menghentikan prahara dan menyelesaikan masalah yang merundung Polri dan KPK untuk menghentikan kriminalisasi dan menyelamatkan agenda pemberantasan korupsi. Inilah ciri, bahkan syarat untuk menjadi seorang CEO dalam sebuah negara. Harus berani ambil keputusan cepat dalam kondisi darurat, betapapun besarnya risiko itu, termasuk pemakjulan!
Kaki Merapi, 18-02-2015
Bem Simpaka
Sumber Ilustrasi Photo: http://id.wikipedia.org/wiki/Susi_Pudjiastuti
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H