Keadaan bumi dan lingkungan sekitar belakangan ini semakin menunjukan tanda-tanda yang tidak baik-baik saja. Bencana alam terjadi dimana-mana sebagai dampak dari rusaknya bumi, yang disebabkan sebagian besar oleh ulah manusia itu sendiri. Namun sayangnya, masalah bumi seperti krisis iklim, krisis air, dan masalah sampah yang terjadi khususnya di Indonesia masih belum banyak disadari oleh masyarakat. Rendahnya kesadaran terhadap kondisi bumi saat ini salah satunya disebabkan oleh rendahnya budaya literasi. Budaya literasi yang rendah menyebabkan mereka tertinggal banyak info dan berita terkini.Â
Berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019, Indonesia menempati ranking ke 62 dari 70 negara berkaitan dengan tingkat literasi, atau berada 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah. Masalah krisis lingkungan ini tentunya  perlu disadari dan diperbaiki oleh generasi muda sejak dini. Meningkatkan budaya literasi dapat menjadi salah satu langkah untuk menumbuhkan kepekaan dan aksi generasi muda dalam menjaga bumi.
Pandemi COVID-19 menghendaki banyak kegiatan berfokus dari rumah, termasuk kegiatan belajar-mengajar anak-anak usia sekolah, sehingga hal ini dapat menjadi momen yang tepat untuk menumbuhkan budaya literasi seperti menulis dan membaca, dimulai dari literasi mengenai hal yang sedang darurat saat ini, yaitu krisis lingkungan yang mengancam kelestarian bumi.Â
Berawal dari literasi, diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran dan kepekaan siswa terhadap keadaan lingkungan, yang akhirnya dapat melahirkan aksi-aksi ramah lingkungan. Kesempatan ini akhirnya dimanfaatkan oleh salah satu mahasiswa KKN Back To Village (BTV) III Universitas Jember, Belva Nuriana Rosidea asal Magetan yang didampingi oleh Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) yaitu Emi Zulaika, S.H, M.H., mengambil tema KKN Literasi Desa di Masa Pandemi COVID-19, dengan mengangkat judul "Menumbuhkan Peran Siswa Dalam Literasi dan Aksi Menjaga Bumi Di Tengah Pandemi COVID-19". Kegiatan KKN ini dilakukan di Desa Sumberdukun 01/04, Ngariboyo, Magetan. Tujuan dari kegiatan KKN ini diharapkan dapat membudayakan literasi sejak dini untuk menumbuhkan kepekaaan yang dapat melahirkan aksi dalam menjaga bumi.
Untuk mewujudkan tujuan dari kegiatan KKN yang digagasnya, Belva mengambil langkah program kerja (proker) dengan pembimbingan dan praktik. Dalam kegiatan pembingan tersebut, tidak hanya sekedar penyampaian materi namun juga melibatkan siswa secara aktif seperti kegiatan berdiskusi dari hasil membaca buku atau literatur masing-masing dari mereka, juga kegiatan menulis pendapat dan solusi, sehingga kegiatan literasi akan terasa hidup. Sedangkan saat kegiatan praktik adalah saat melatih kreativitas siswa sebagai salah satu bentuk aksi dalam menjaga bumi.
Kegiatan KKN yang berlangsung selama 30 hari atau kurag lebih 4 pekan ini dibagi oleh Belva menjadi 4 proker utama, yaitu 1 proker tiap pekan. Di pekan pertama, Belva melakukan komunikasi dengan kepala desa mengenai konsep KKN yang ia buat dan meminta dukungan untuk pelaksanaan kegiatan tersebut, kemudian ia melakukan survey sasaran dan berkomunikasi dengan mereka.Â
Proker utama untuk pekan pertama ini ia mulai dengan pembimbingan mengenai pentingnya literasi dan diskusi mengenai keadaan bumi saat ini. Untuk pekan ke-2, ia akan berfokus pada literasi dan aksi mengenai sampah plastik di Indonesia. Pada pekan ke-3, ia mengangkat isu mengenai sampah dapur.Â
Pekan ke-4, ia akan membahas mengenai krisis air bersih. Melalui berbagi proker dalam 4 minggu masa KKN BTV ini, Belva berharap tujuan dari kegiatan ini dapat tercapai yaitu terbudayakannya literasi sejak dini dan tumbuhnya kepekaaan yang melahirkan aksi dalam menjaga bumi di kalangan generasi muda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H