Mohon tunggu...
Muhammad Belva Gilang
Muhammad Belva Gilang Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Separatisme: Ancaman Persatuan dalam Bayang-Bayang Bhinneka Tunggal Ika

2 Februari 2025   23:47 Diperbarui: 2 Februari 2025   23:47 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Indonesia sebagai negara kepulauan yang luas menghadapi berbagai tantangan dalam menjaga persatuannya. Salah satu tantangan tersebut adalah gerakan separatisme yang muncul di beberapa daerah. Separatisme adalah upaya kelompok tertentu untuk memisahkan diri dari suatu negara dengan alasan seperti ketidakpuasan terhadap pemerintahan, ketimpangan pembangunan, ataupun perbedaan budaya dan identitas. Beberapa contoh gerakan separatisme di Indonesia antara lain Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Aceh, Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Papua, dan Republik Maluku Selatan (RMS) di Maluku. Gerakan-gerakan ini menunjukkan adanya tantangan dalam menerapkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yang seharusnya menguatkan persatuan di tengah perbedaan.

Gerakan separatisme sering kali dipicu oleh ketidakpuasan terhadap pemerintahan pusat, baik dalam aspek ekonomi, politik, maupun sosial. Salah satu contoh nyata adalah OPM di Papua yang menuntut kemerdekaan karena merasa pembangunan di wilayah mereka tertinggal dibanding daerah lain di Indonesia. Selain itu, faktor historis juga berperan dalam munculnya gerakan separatis, seperti yang terjadi pada GAM di Aceh yang pernah memiliki kerajaan sendiri sebelum bergabung dengan Indonesia. Meskipun pemerintah telah melakukan berbagai upaya, seperti pemberian status otonomi khusus bagi Aceh dan Papua, gerakan separatis masih menjadi ancaman bagi persatuan bangsa.

Sebagai gambaran, ketimpangan pembangunan di Papua dapat dilihat dari data Gini Ratio, yang mengukur tingkat ketimpangan ekonomi di suatu daerah. Pada tahun 2015, Gini Ratio Provinsi Papua mencapai 0,421 yang tergolong dalam kategori ketimpangan sedang. Meskipun terjadi perbaikan, pada tahun 2020 Gini Ratio Papua masih berada di angka 0,386, yang tetap menunjukkan adanya ketimpangan. Hal ini mencerminkan bahwa meskipun ada upaya dari pemerintah, ketidakmerataan pembangunan masih menjadi permasalahan yang perlu diselesaikan agar masyarakat Papua merasa lebih diperhatikan dan bagian dari Indonesia secara utuh.

Selain itu, separatisme juga diperparah oleh pengaruh eksternal dan propaganda yang semakin mudah tersebar di era digital. Berbagai informasi yang belum tentu benar sering digunakan untuk memperkuat sentimen separatis, memperburuk hubungan antara daerah dengan pemerintah pusat. Dalam konteks Bhinneka Tunggal Ika, perpecahan semacam ini menunjukkan masih adanya kesenjangan dalam penerapan nilai-nilai kebangsaan. Seharusnya, semboyan ini menjadi dasar dalam mempererat persatuan dengan menjunjung tinggi keadilan, kesetaraan, dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa memandang perbedaan.

Separatisme merupakan ancaman nyata bagi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan menjadi tantangan dalam mewujudkan Bhinneka Tunggal Ika. Ketidakpuasan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah, ketimpangan pembangunan, serta pengaruh eksternal menjadi faktor utama pemicu gerakan separatis. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah konkret dari pemerintah dan seluruh elemen masyarakat untuk memastikan bahwa keadilan dan kesejahteraan dapat dirasakan secara merata. Dengan demikian, semangat Bhinneka Tunggal Ika dapat benar-benar menjadi perekat bangsa dalam menghadapi perbedaan dan memperkuat persatuan nasional.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun