Mohon tunggu...
I Made Sarjana
I Made Sarjana Mohon Tunggu... Petani - Orang desa penjelajah nusantara

Petani bekerja dengan hati, nyambi jadi peneliti untuk kemajuan negeri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kala Putu Baglur Menghibur Hati yang Hancur

12 Desember 2024   06:30 Diperbarui: 12 Desember 2024   06:30 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak desa terlahir dipondok reot, tetap jaga kewarasan! 

"Dasar IQ Jongkok!" Hardikan seorang guru besar via telepon dan dipertegas dalah chat WA itu membuat Putu Baglur terpekur mengerjitkan dahi. Sebagai dosen junior, Putu Baglur menyadari bahwa dirinya banyak kekurangan dari sang profesor yang dikagumi sejak lama. Tetap saja ada emosi bergemuruh menyelinuti tubuh saat djkatai goblok, Untungnya hati kecil Putu Baglur berbisik, "jangan turuti emosi, kata keji itu tak akan bikin mati, terima saja dengan kejernihan nurani apa yang orang perbuat merendahkanmu, tetap bekerja untuk anak dan istri!"

Nasehat itu sang hati kecil itu menguatkan tekad Putu Baglur untuk mengontrol diri dan tidak meluapkan emosi semaunya sendiri. "Oh ini ujian dari tekadku merubah diri, tidak berkonflik dengan siapa pun dan meninggalkan prinsip loe jual gue beli." pikirnya. Putu Baglur pun menjawab telepon dengan kata-kata tak senonoh itu dengan suara datar walau sedikit bergetar. "Mohon maaf Prof. ini murni kesalahan saya yang lupa berkoordinasi bahwa minggu lalu dosen tamu yang rencananya hadir di kelas tidak bisa dan dia meminta hari ini. Saat itu saya ada di luar daerah dan ada beberapa agenda penting sehingga tidak sempat mengrmbalikan jam mengajar kepada prof. Nggih Prof. hari ini silahkan isi jam mengajarnys," jawab Putu Baglur telepon itu dengan kepala berdenyut seperti habis terbentur. 

Menahan emosi memang tidak mudah, tapi semua dilakukan demi tekad tuk berubah. Putu Baglur yang seorang anak kampung itu tumbuh dan berkembang dikeluarga pas-pasan namun sang ayah punya tekad kuat menyekolahkan jadi insinyur. "Bagaimana pun kondisi perekonomian kita, Putu harus bersekolah hingga perguruan tinggi dan meraih gelar insinyur. Kelak kalau sudah menyandang gelar sarjana, diem dirumah uang akan datang dengan sendirinya," demikian nasehat Bapa Aget seorang petani sepuh yang bijak pada putranya Putu Baglur. Mungkin benar kata-kata adalah doa, kini dia menyadari selalu ada jalan mengatasi tekanan ekonomi. Memang pekerjaan tidak membuatnya serta merta menjadi kaya, namun jika Putu Baglur butuh sesuatu selalu ada biaya dari hasil kerja! Intinya hidup pas-pasanlah!

Dalam hati, Baglur bersyukur memiliki orang tua punya pikiran maju dan terukur. Terukur apa yang orang tua cita-citakan disertai usaha dan doa setulus hati. Dia teringat cerita dibalik pemberian nama Putu Baglur bagian dari tekad Bapa Aget memiliki keturunan bermutu, bagus lan jujur. Inspirasi pemberian nama ini kurang lebih sama dengan orang menyematkan nama "Sarjana" pada bayi yang baru lahir dengan doa dan harapan kelak anaknya jadi sarjana yang mampu berkontribusi untuk pembangunan negeri dan masyarakat sekitar.

Putu Baglur sendiri yang kini dikarunai dua putra menyematkan kata "Sastrawan" dan "Sastrawijaya" disertai harapan anak-anak punya kemauan menuntut ilmu untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Dia pun menjadi lelaki mujur mendapati anak-anaknya selalu mendengar pitutur atau petuah orang tua.

Nasehat Bapa Aget yang penting lainnya, selalu diingat Putu Baglur jika nanti sudah menjadi orang pintar, jangan minterin orang. Gunakan kemampuanmu untuk mencari nafkah tanpa harus membuat orang lain berkesusahan.Dengan suka cita pesan-pesan Putu Baglur ceritakan kepada sang Istri setelah berumah tangga. Harapannya sang istri memahami dan mendukung tekad Baglur berbakti kepada sang guru rupaka. Dalam terminologi Hindu, guru rupaka adalah orang tua sebagai bagian dari ajaran catur guru yang harus dituruti nasehat dan ajarannya. Tiga guru manusia Hindu lainnya  yakni Guru Swadyaya (Tuhan Yang Maha Esa), Guru Pengajian (Guru disekolah) dan juga penerintah yang disebut Guru Wisesa. Dia pun berdialog tiada henti denaan sang istri untuk saling mengerti apa yang mungkin dilakukan dikemudian hari.

Mewujudkan harapan orang tua tentu tidak mudah apalagi diusia muda, Putu Baglur termasuk dimanja orang tua walau hidup dalam kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan. Baglur minta sepeda gayung untuk pulang pergi ke sekolah yang jaraknya 10 kilo meter dituruti, Bahkan, ketika Putu Baglur ingin pindah sekolah ke kota karena merasa capek mengayuh sepeda pulang pergi juga diiyakan Bapa Aget. Hidup yang "serba ada" dalam keterbatasan itu sedikit banyak menjadikan Baglur manja. Maklum dia tidak pernah mendengar makian dari orang tua karena minta ini dan itu, Dan, kata-kata kasar dari orang tua sangat jauh dari telinganya, sebaliknya orang tua selalu memberi nasehat dengan kata-kata motivasi yang meneguhkan hati untuk berjuang menjadi pribadi yang sabar dan iklas. 

Hanya saja dalam kondisi tertentu, Putu Baglur pun terkadang terpleset menunjukkan pribadi yang "rentan" dia akan tersulut emosi jika diremehkan. Harga diri jadi semakin "tinggi" saat dia menjalani profesi "kuli tinta" sehingga tidak jarang Putu Baglur punya konflik dengan pihak lain. Suatu ketika dia pernah dicari tukang pukul saat terjadi kesalahpahaman dengan oknum penegak hukum, dan itu tak membuat egonya kendor tetap maju karena dia merasa benar. 

Seiring bertambah usia yang kian uzur, Putu Baglur pun semakin banyak menerima pitutur. Emosi tak pernah menyesaikan masalah bahkan membuat masalah tambah besar dan runyam. Dia bertekad berbenah diri menjadi pribadi yang punya simpati dan empati yang lebih tinggi. Putu Baglur berusaha berpikir dan bertindak hati-hati agar tidak lagi menyakiti hati kawan, sahabat, kerabat, rekan kerja atau siapapun dia. Di benaknya ingin hidup bahagia dengan keluarga dan lingkungan sosial lainnya tanpa ganjalan tidak bertutur sapa dengan sesama umat manusia. Nyatanya, mewujudkan itu tak mudah. 

Hanya karena kekeliruan kecil, Baglur menerima pesan WA yang membuat mata nanar. "Ini baru anggota tim pengajar tidak tahu etika. Knp mengambil jam terus menerus. Aku ingin cepat selesai 4x. Mestinya cari jam di luar jadwal kalau cancel dosen tamunya. Dasar IQ jongkok..." Dengan mengurut dada, Putu Baglur menelisik apa yang sebenarnya terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun