Mohon tunggu...
I Made Sarjana
I Made Sarjana Mohon Tunggu... Petani - Orang desa penjelajah nusantara

Petani bekerja dengan hati, nyambi jadi peneliti untuk kemajuan negeri

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dirgahayu RI ke-77: Napak Tilas dan Memaknai Perjuangan Seorang Paskibraka

17 Agustus 2022   14:01 Diperbarui: 17 Agustus 2022   14:27 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menempuh perjalanan 50 Km pulang-pergi demi sebuah cita-cita jadi Paskibraka pada Maret 2021. (Dok. pribadi)

Tepuk tangan meriah mengiring pasukan pengibar bendera pusaka (Paskibraka) yang meninggalkan tempat upacara di Istana Negara Jakarta. Ada rasa haru dan bangga  menyaksikan upacara bendera detik-detik proklamasi ke-77 di layar televisi.  Penampilan anak-anak paskibraka yang rapi dan tegas, membuat para undangan atau hadirin tertegun. Saya sendiri membayangkan betapa paskibraka yang terlibat upacara bendera di Istana Negara telah bekerja sangat keras untuk tampil sempurna.

Sembari menatap layar televisi dari sebuah desa kecil di Pedalaman Pulau Bali, tepatnya di Desa Mengani, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli ingatan melayang pada anak ke-2 penulis I Kadek Andriasa Sastrawija. Ketika penulis menonton Paskibraka Nasional di layar TV, Kadek Andriasa sedang bertugas menjadi Paskibraka pada upacara bendera peringatan detik-detik Proklamasi 17 Agustus 2022 tingkat Kabupaten Bangli. Ya pada upacara bendera yang dilaksanakan di Alun-alun Kota Bangli, Kadek Andriasa bertugas untuk kedua kalinya. Hal ini dikarenakan kebijakan Bupati Bangli Sang Nyoman Sedana Arta bahwa upacara pengibaran bendera yang dilaksanakan pertama kali di Alun-Alun Bangli dengan pasukan lengkap yakni pasukan delapan, pasukan 17 dan pasukan 45. Dan, Kadek Andriasa yang sudah terpilih jadi Paskibraka Kabupaten Bangli 2021 pun kembali bertugas.

Bercukur pendek dan rapi salah satu syarat yang mesti dipenuhi. (Dok. pribadi)
Bercukur pendek dan rapi salah satu syarat yang mesti dipenuhi. (Dok. pribadi)

Seperti yang penulis ungkapkan sebelumnya, bertugas menjadi Paskibraka bukanlah tugas mudah karena butuh kesiapan mental dan fisik sekaligus semangat perjuangan yang tinggi.Tulisan ini menapak tilas dan memaknai perjuangan seorang anggota paskibraka. Perjuangan Kadek Andriasa untuk terpilih jadi Paskibraka juga tidak ringan. Pada pertengah Maret 2021, Kadek Andriasa yang tercatat sebagai siswa SMAN 1 Bangli, akibat masa pandemi Covid-19 dia masih tinggal di Mengani, Kintamani (sekitar 50 Kilo Meter arah Barat Laut). Butuh waktu sekitar 1,5 jam dari tempat tinggal menuju SMAN 1 Bangli. Masalahnya, Kadek Andriasa meminta penulis mengantarkan ke Kota Bangli hanya dua jam sebelum seleksi Paskibraka tersebut. Jadilah, penulis menyetir dalam kondisi tegang karena waktu singkat, jalanan relatif padat. Lebih mencengangkan lagi, ditengah perjalanan Kadek Andriasa meminta penulis mampir di tempat foto copy untuk membuat idcard. Di tempat pencetakkan idcard membutuhkan waktu sekitar 15 menit. Beruntung perjalanan dari Desa Mengani menuju Bangli lancar sehingga pas pukul 13.00 Kadek Andriasa tiba disekolahnya alias tak terlambat.

Bertugas saat upacara penurunan bendera di Lapangan Susut Bangli. (Dok. pribadi)
Bertugas saat upacara penurunan bendera di Lapangan Susut Bangli. (Dok. pribadi)

Drama perjuangan pasca dinyatakan lolos sebelas besar dari sekita 40 siswa SMAN 1 Bangli berminat jadi Paskibraka. Kala itu dari SMAN 1 Bangli dicari 10 orang calon paskibraka bergabung dari siswa-siswa di sekolah lain. Seleksi menentukkan sepuluh besar itu dilakukan selama seminggu, calon paskibraka harus mengikuti latihan baris berbaris sekitar empat sampai lima jam sehari. Kadek Andriasa yang belum ada tempat tinggal (Kost) di Bangli masih harus mengikuti pelatihan dari Mengani. Jadilah penulis sebagai pendamping perjuangan yang bersangkutan. Penulis melihat dan merasakan betapa lelahnya yang bersangkutan usai ikut latihan mesti pulang kampung dengan menempuh perjalanan antara 1,5 sampai 2 jam.

Penulis sekeluarga mendukung penuh perjuangan yang Kadek Andriasa sebagai Paskibraka. (Dok. pribadi)
Penulis sekeluarga mendukung penuh perjuangan yang Kadek Andriasa sebagai Paskibraka. (Dok. pribadi)

Kadang dia merasa was-was bahwa perjuangannya akan sia-sia jika tidak terpilih sebagai paskibraka. Kecemasannya itu dikarenakan tinggi yang bersangkutan pas di 170 cm atau syarat minimum peserta paskibraka laki-laki. Dia takut kondisi ini menyebabkan dia gugur. Untuk mengatasi kecemasan itu, penulis selaku orang tua harus menyemangati dan meneguhkan tekadnya untuk berjuang. Beberapa untaian kalimat yang mampu memompa semangat bersangkutan. "Anak desa memang membutuhkan perjuangan lebih tinggi, untuk meraih kesuksean," atau " Jika memang jodoh jadi paskibraka, Kadek pasti terpilih. Bapak sendiri contohnya, saat melamar beasiswa ke Belanda, pada seleksi pertama diikuti 13.000 pelamar (info dari pengelola beasiswa), bapak tetap terpilih menjadi bagian dari 33 penerima beasiswa seluruh Indonesia,". Rupanya untaian kalimat itu ampuh menjaga semangat juang Kadek Andriasa. Dia semangat berlatih, dan mengikuti tahapan demi tahapan seleksi. Akhirnya Kadek Andriasa terpilih berkat kerja keras dan semangat juangnya.

Secara khusus sang kakak I Putu Andriana Sastrawan menyatakan rasa bangga kepada sang adik I Kadek Andriasa Sastrawijaya. (Dok. pribadi)
Secara khusus sang kakak I Putu Andriana Sastrawan menyatakan rasa bangga kepada sang adik I Kadek Andriasa Sastrawijaya. (Dok. pribadi)

Kala menyaksikan yang bersangkutan menjalankan tugas penurunan bendera di Lapangan Umum Susut, pada 17 Agustus 2021 sore penulis sangat bahagia menyaksikan yang bersangkutan berseragam Paskibraka nan gagah. Penulis salut atas kegigihannya mencapai salah satu cita-cita kala di SD dan di SMP. Kala itu Kadek Andriasa selalu menjadi komandan pleton pada setiap lomba gerak jalan menjelang 17-an di Kecamatan Kintamani. Tekadnya untuk mengabdi kepada kota kelahirannya Kabupaten Bangli juga terpatri, pantas saja ketika taman SMP disarankan melanjutkan SMA di Kota Denpasar biar dekat dengan tempat kerja penulis di Universitas Udayana, Kadek Andriasa menolak. Saat dia ikut seleksi Paskibraka, alasan penolakannya terungkap bahwa dia ngotot melanjutkan SMA di Bangli karena ingin menjadi Paskibraka.

Pada Hari kemerdekaan Indonesia ke-77, Kadek Andriasa mendapat bonus yakni bertugas sebagai Paskibraka Kabupaten Bangli untuk yang kedua kalinya. Tentu saja kebahagiaan yang bersangkutan berlipat, barang kali tidak semua Paskibraka bisa terlibat momentum peringatan detik-detik proklamasi hingga dua kali. 


Bagi penulis, dampak ikutan dari kegiatan Paskibraka  menjadi nilai tersendiri. Jiwa cinta tanah air dan kesiapan mental menerima tanggung jawab terbangun sejak dini. Kadek Andriasa selain memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi, juga siap berorganisasi sejak dini melalui organisasi PPI (Purna Paskibraka Indonesia). Tentu setiap perjuangan perlu pengorbanan, seperti waktu bermain dan menikmati libur akhir pekan berkurang, namun apapun itu menjadi Paskibraka menjadi satu cara menghayati sejarah perjuangan Indonesia, memupuk semangat nasionalisme, menghargai kebhinekaan serta jiwa kepemimpinan yang tanggu. Selamat kepada seluruh generasi muda yang pernah merasakan tampil sebagai Paskibraka, semangat tanpa kenal lelah, perjuang sampai titik terakhir menjadi karakter yang tumbuh dalam diri. Pertahankan demi mengisi kemerdekaan negeri tercinta. Semoga dimasa depan kalian semakin sukses.  Bagi Seluruh Bangsa Indonesia, Penulis Ucapkan DIRGAHAYU RI KE-77.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun