Mohon tunggu...
I Made Sarjana
I Made Sarjana Mohon Tunggu... Petani - Orang desa penjelajah nusantara

Petani bekerja dengan hati, nyambi jadi peneliti untuk kemajuan negeri

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pariwisata Sebagai Alat Trauma Healing Warga Kampung Marsi, Kabupaten Kaimana

29 Maret 2022   05:24 Diperbarui: 29 Maret 2022   05:37 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis di Kampung Marsi, Kabupaten Kaimana (dokpri)

Pariwisata diketahui memiliki multifungsi dalam upaya mensejahterakan masyarakat baik penduduk lokal maupun wisatawan itu sendiri. Pariwisata pun menyandang predikat alat pembangunan baik pembangunan ekonomi (penyediaan lapangan kerja, dan sumber pendapatan), sosial-budaya (menjaga soliditas komunitas dan revitalisasi elemen budaya diambang kepunahan, dan secara lingkungan (mendukung aktivitas konservasi alam). Bagi warga Kampung Marsi, Distrik dan Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat, implementasi dan konsep pariwisata di wilayahnya menjadi alat penyembuhan/memperkuat Kesehatan mental. Ya realisasi pembangunan pariwisata di Kampung Marsi sangat ditunggu karena bermanfaat sebagai alat trauma healing.

                                                                                     

Rony Jaisona saat menerima kunjungan Tim Peneliti Pusat Unggulan Pariwisata Universitas Udayana Bali, Senin (28/3/2022) secara jujur mengungkapkan pihaknya sejatinya tidak sepenuhnya percaya terhadap kehadiran para penggali data mendukung kajian kepariwisataan di wilayahnya. "Sejak beberapa tahun saya menjabat kepala kampung di sini banyak sekali instansi dan peneliti mencari data untuk melengkapi kajian pembangunan pariwisata, kenyataannya tidak ada perubahan apa-apa. Masyarakat Kampung Marsi trauma pak," tutur Rony lirih. Pengakuan polos ini menyentak penulis akan dampak dari aktivitas oenggalian data bagi narasumber yang ternyata fatal. Munculnya rasa ketidakpercayaan warga masyarakat kalangan bawah yang notabene tinggkat Pendidikan relatif rendah dan wawasan maupun keterampilan pariwisatanya masih perlu ditingkatkan.

Selaku koordinator tim penggalian data terkait penyusunan rencana pembangunan pariwisata di Kabupaten Kaimana merasakan betul kegundahan Kepala Kampung Marsi tersebut. Betapa tidak, banyak orang yang datang ke kampungnya menyatakan kampungnya layak jadi daya tarik wisata. Menurut penuturan sejumlah kalangan kepada Rony Jaisona,  panorama di beberapa sudut wilayah Kampung Marsi sangat indah, serta menyimpan kekayaan alam bawah lauh yang luar biasa, karang yang indah serta beraneka jenis ikan. "Saya baru tahu, ternyata karang bawah laut bisa dijual sebagai daya tarik wisata," tutur Rony. Rony menceritakan masyarakat setempat yang tingkat pendidikannya rata-rata lulusan sekolah dasar dan SMP paling tinggi memang tidak punya kemampuan merencanakan pembangunan pariwisata secara baik. Lebih jauh dituturkan bahwa motivasi warga Papua khususnya warga Kampung Marsi dalam menuntut ilmu rendah karena banyak faktor yakni dukungan material dan non material orang tua sangat minim, pengaruh lingkungan sosial sekitar. Pendapatan keluarga sangat rendah, tegas Rony Jaisona, menyebabkan secara ekonomi melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA apalagi perguruan tinggi sangat sulit bagi warga Kampung Marsi.

Kendati demikian, Rony Jaisona mengaku tidak patah semangat dalam membangun pariwisata di kampungnya. Dia memimpin warganya untuk senantiasa bergerak menjalin komunikasi dan jaringan dengan berbagai pihak agar pembangunan pariwisata dapat berjalan. Rony yakin Kampung Marsi memang punya potensi pariwisata terbukti banyak wisatawan lokal, domestik dan mancanegara yang berkunjung ke sana. "Banyak lembaga membantu kami baik internasional dan nasional dalam menyiapkan Kampung Marsi layak di kunjungi sebagai tempat berwisata," ujarnya. Dijelaskan, LSM COMPACT asal Australia maupun Conservation International (CI) dan LSM Lokal seperti SINARA KAIMANA aktif mendampingi Kampung Marsi dalam menggali dan memetakan potensi wisata setempat. Peningkatan kesadaran warga juga menjadi tantangan "berat" pendamping kepariwisataan di Kampung Marsi.

Berdasarkan hasil obervasi, daya tarik wisata di kampung seluas 42 km2 meliputi Kolam Sisir, spot diving di laut sekitarnya, embung Marsi, birdwatching dengan objek Burung Cendrawasih, maupun ikan Mubarak serta aktivitas sehari-hari warga Kampung Marsi yang umumnya selaku petani/pekebun. Rony menegaskan keterbatasan sarana dalam menggali dan memetakan potensi menjadikan usahanya tersendat-sendat. "Kami tak punya kamera yang bagus, atau alat diving yang memadai," tutur Rony. Hambre salah seorang warga Papua Barat yang sering berkunjung ke Kolam Sisir bercerita tentang kesannya terhadap potensi Kampung Marsi. " Salah satu spot yg kami nikmati yaitu air yang berwarna hijau dan begitu tenang serasa di melihat cermin besar pak serta keindahan lain yg ada di sekitar kolam sisir" ujarnya saat ngobrol dengan penulis.

Air hijau yang dapat dinikmati secara
Air hijau yang dapat dinikmati secara "slow" buat wisatawan bercermin di wilayah Kampung Marsi

                          

Dalam perspektif perencanaan pariwisata, potensi Kampung Marsi sangat memungkinkan jadi daya tarik wisata yang mampu memikat wisatawan mancanegara maupun domestik. Sebagai contoh, Kolam Sisir yang sangat indah jika ditambahkan beberapa aktivitas tentu akan membuat wisatawan betah berlama-lama disana. Wisatawan menikmati daya tarik wisata dalam waktu relative lama membuka peluang bisnis penjualan paket wisata maupun penyediaan kuliner. Ini yang diharapkan dan ditunggu warga kampung. Mencermati kondisi eksisting saat ini wilayah Kampung Marsi yang kumuh dan sampah berserakan dimana-mana yang menurut sebagian orang menjadi batu sandungan pembangunan Kampung Marsi. (Baca juga https://www.kompasiana.com/belongtv8929/61a912d375ead6796c26f0f2/bertandang-ke-kaimana-tak-bisa-mangkir-dari-kolam-sisir) 

Tempat selfi rintisan daya tarik wisata sebagai katalisator aktivitas wisata Kampung Marsi.
Tempat selfi rintisan daya tarik wisata sebagai katalisator aktivitas wisata Kampung Marsi.

                          

Menjawab pesimisme ini, penulis teringat pada diskusi informal  tentang transformasi Pantai Yeh Gangga Kabupaten Tabanan, Kolega penulis yang dikenal sebagai pendamping handal pengembangan desa wisata di Bali Agus Muriawan Putra, M.Par pada suatu kesempatan menuturkan sebelum dikenal sebagai daya tarik wisata mumpuni, kondisi Pantai Yeh Gangga sangat kumuh. Banyak sampah plastic, batang dan ranting kayu maupun bambu sehingga untuk berjalan saja sulit di pantai  apalagi berenang. Mahasiswa Program Doktor Pariwisata Universitas Udayana itu menuturkan ada sekelompok anak muda berhasil meubah "wajah" Pantai Gangga. Mereka semula taman rekreasi air yang sederhana yang mampu memancing minat wisatawan untuk berlama-lama. Semakin banyak wisatawan, dibangun stage terbuka yang menjadi ajang ekspresi seniman lokal. Akibat seringnya pentas music, pengunjung semakin banyak sehingga wisata kuliner berkembang. Masyarakat local merasakan manfaat pariwisata. "Hanya butuh waktu kurang dari dua tahun, Pantai Yeh Gangga bersih dan banyak dikunjungi wisatawan," tutur Dosen Program Studi D4 Pariwisata itu berapi-api.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun