Setelah menempuh perjalanan 7 jam dari Jakarta akhirnya menjejakkan kaki turun dari pesawat Merpati Nusantara Airlines di Bandara Mopah, Merauke. Masih takjub akhirnya saya bisa sampai juga di sini, karena sejak kecil biasanya hanya mendengar Merauke dari Ibu Bapak Guru kalau Indonesia itu dari Sabang sampai Merauke.
Secara umum tidak ada pemandangan yang menarik di Merauke karena kota ini lebih banyak terdiri dari Rawa dan Hutan. Karena berada di dekat Laut, Kota Merauke juga mempunyai pantai yang menjadi tujuan para wisatawan antara lain Pantai Payum dan Pantai Lampu Satu. Lokasinya yang dekat dari pusat kota Merauke membuat pantai-pantai ini mudah untuk di capai dengan menggunakan transportasi umum hanya dengan membayar Rp.5000.
pemandangan selama perjalanan menuju Distrik Sota
Selain pantai ada destinasi wajib yang harus di kunjungi jika berada di Merauke yakni Distrik Sota, Distrik yang berada di perbatasan Republik Indonesia dengan Papua Nugini. Setelah menempuh satu jam perjalanan akhirnya tiba di Distrik Sota dan melihat langsung Tugu Kembaran Sabang- Merauke, Tugu ini ada dua dan letaknya ada satu di ujung Barat Indonesia yakni di Sabang dan Satu ada di ujung Timur Indonesia yakni di Merauke, di Distrik Sota ini
Tugu Kembaran Sabang –Merauke
Sekitar 10 Km dari Tugu Kembaran akhirnya kami tiba di Taman Merah Putih, Taman yang menjadi titik akhir dari Republik Indonesia dan di jaga oleh seorang polisi bernama Ipda Ma’ruf yang telah menjaga sejak tahun 2005. Taman ini di hias dengan nuansa Merah Putih sehingga kental sekali nuansa Nasionalisme begitu kita melihat ke sekeliling taman.
Foto bersama anak anak yang berada di perbatasan RI-Papua Nugini
Selain itu di Taman ini juga banyak terdapat Musamus, hasil karya alam yang merupakan sarang dari semut atau rayap dan berwarna cokelat setinggi dua meter. Selain di area perbatasan tersebut, Musamus juga banyak dijumpai di beberapa titik di Taman Nasional Wasur dengan ukuran yang beragam, dari mulai beberapa centimeter hingga 3 meter.
Bagi warga Merauke, Musamus memiliki nilai-nilai luhur yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Bangunan ini dianggap sebagai simbol keberhasilan dari sebuah perjuangan yang dilakukan oleh kalangan rakyat kecil.
Foto dengan latar belakang Musamus
Sampai hari ini, Distrik Sota memang belum menjadi destinasi wisata yang populer. Jumlah wisatawan yang berkunjung pun belum signifikan. Tapi, buat saya pribadi, tempat ini rasanya patut mendapat tempat yang istimewa di hati dan harus dikunjungi walau mungkin, hanya sekali seumur hidup karena dengan berada di sini harus saya akui rasa Nasionalisme di dada saya bergejolak. Dan pada saat itu juga saya langsung berhasrat kalau saya harus mengunjungi Titik 0 Republik Indonesia di Bagian Barat yakni di Sabang agar dapat menjadi manusia Indonesia seutuhnya.
Buah Merah khas Merauke dan yang di ekstrak ataupun yang sudah di keringkan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H