Duduk diam dengan coffee art yang tak tersentuh sama sekali bukanlah hal yang mudah bagi seorang yang penyendiri layaknya sebatang kara rokok yang di campakan di dalam asbak yang kosong. Aku kira duduk di atas kursi kayu lebih baik daripada harus terbaring di atas trotoar basah senja ini.  Akhir akhir ini aku sering menghabiskan sisa hidup waktu menjelang senja mencoba masuk ke dunia usang, membaca setiap rintih kisah yang terlupakan dari seorang pemuda yang meninggalkan mimpinya.
Tapi hanyalah aku yang memegang teguh pendirian akan mimpi sembari memandangi banci menari layar laptop  yang berisi email tentang cerita yang terlupakan. Mencoba melangkah mundur untuk menata lagi apa yang sempat kita tunda untuk beberapa tahun ini.
Tatkala air mata ini mengalir bersama pencapaian antara hujan dan nostalgia, hanya beberapa orang saja mampu menaklukan nostalgia masing masing dengan cara yang berbeda. Menatap di setiap bait cerita Layaknya syair manis dengan corak hitam sebagai masalahnya.
Maka sudah di pastikan tidak ada ending cerita yang bahagia untuk nostalgia yang lama
Namaku Meilinia Ramadhan Aku hanyalah orang yang ingin mewujudkan mimpi.
Â
                                                                                                                                  ~BELITUNG 06-MAY-2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H