Mohon tunggu...
Bella Zalsa
Bella Zalsa Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Halo, salam kenal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rara dan Biskuitnya

11 Mei 2024   09:59 Diperbarui: 11 Mei 2024   10:00 890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di pinggiran kota yang tenang, ada sebuah rumah yang selalu terlihat hangat dan penuh cinta. Di rumah itu, Sari dan Budi, sepasang suami istri muda, tinggal bersama putri kecil mereka, Rara.
Rara adalah bayi berusia 9 bulan dengan mata besar yang selalu berbinar. Setiap hari, dia belajar hal baru dan mengeksplorasi dunia dengan rasa ingin tahu yang tak pernah padam.
Sari, seorang ibu yang penuh kasih, selalu memastikan bahwa Rara mendapatkan yang terbaik. Dia membacakan cerita, menyanyikan lagu, dan mengajak Rara bermain.
Budi, ayah yang bertanggung jawab dan penyayang, tidak pernah melewatkan kesempatan untuk menghabiskan waktu bersama putrinya. Setiap pulang kerja, dia langsung mencari Rara untuk bermain bersama.
Pada suatu sore, saat maghrib mulai menyelimuti langit, Sari memutuskan untuk memberikan Rara biskuit teething, yang dirancang khusus untuk bayi yang sedang tumbuh gigi.
Rara menerima biskuit itu dengan tangan kecilnya dan mulai menggigitnya dengan antusias. Sari tersenyum melihat putrinya begitu menikmati biskuit tersebut.
Namun, tiba-tiba Rara terlihat kesulitan. Sari yang awalnya tidak curiga, segera menyadari bahwa Rara tersedak.
Wajah Rara mulai berubah warna menjadi biru, dan dia tidak bisa menangis atau batuk. Sari panik dan memanggil Budi yang sedang bersamanya.
Budi segera melihat keadaan Rara, dan tanpa ragu langsung melakukan pertolongan pertama untuk tersedak pada bayi.
Dia mencoba beberapa kali untuk mengeluarkan biskuit yang tersangkut, namun usahanya belum membuahkan hasil. Rara masih belum bisa bernapas dengan baik.
Sari, yang sudah dilanda ketakutan, berteriak memanggil ibunya, yang tinggal bersama mereka. "Ibu, tolong!" teriaknya dengan suara yang hampir tidak keluar.
Ibunya, yang sedang berada di lantai 2, mendengar teriakan Sari dan segera berlari ke arah suara tersebut.
Dengan pengalaman dan ketenangan yang dimiliki seorang ibu, dia mengambil alih situasi. Dia menggendong Rara dan menepuk-nepuk punggungnya dengan cara yang benar.
Semua orang di ruangan itu menahan napas, menunggu tanda bahwa Rara akan baik-baik saja.
Setelah beberapa detik yang terasa seperti jam, akhirnya terdengar suara tangisan Rara yang keras dan panjang.
Sari dan Budi merasa lega dan segera memeluk Rara yang masih menangis. Mereka berdua mengucap syukur bahwa putri kecil mereka sudah bisa bernapas lagi.
Ibu Sari, dengan senyum yang penuh kelegaan, mengelus punggung Rara dan menenangkannya.
"Kita harus lebih berhati-hati," kata Budi, sambil memandang Sari dan Rara dengan penuh cinta.
Sari mengangguk, "Iya, Pa. Saya tidak akan pernah lupa momen ini," jawabnya, sambil mengusap air mata yang mengalir di pipinya.
Mereka semua duduk bersama di ruang tamu, dengan Rara di pangkuan Sari, merenungkan kejadian yang baru saja terjadi.
Ibu Sari kemudian berbagi pengalamannya dan memberikan nasihat tentang bagaimana cara memberikan makanan kepada bayi dan apa yang harus dilakukan jika terjadi tersedak.
Malam itu, mereka semua makan malam dengan suasana yang lebih tenang, namun penuh rasa syukur.
Rara, yang sudah kembali ceria, tertawa dan bermain dengan mainannya, seolah tidak terjadi apa-apa.
Dan begitulah, sebuah kejadian yang menakutkan berubah menjadi pelajaran berharga bagi keluarga kecil itu, mengingatkan mereka akan pentingnya kehati-hatian dan cinta yang mengikat mereka bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun