Komunikasi visual atau lebih dikenal dengan nama Desain Grafis ialah sebuah ilmu yang mendalami atau mempelajari tentang seni dalam berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa rupa (Visual Language). Untuk kalian yang memiliki kemampuan dalam seni seperti menggambar atau melukis dikertas, tertarik dengan dunia desain tentunya itu adalah kemampuan dasar suatu seni dalam komunikasi visual. Tidak hanya itu komunikasi visual juga mempelajari tentang beragam ilmu strategi komunikasi dengan menggunakan visual sebagai medianya seperti ilmu pemasaran, manajemen merek, periklanan dan lain sebagainya. Jika di hubungkan dengan seni rupa, ilmu ini pun juga mempelajari tentang videografi, fotografi, ilustrasi, sketsa, tipografi dan lainnya.
Dalam komunikasi visual pastinya kita dituntut untuk selalu kreatif, sebab kita mesti mampu menguasai yang namanya kemampuan untuk berkomunikasi dengan Bahasa visual secara kreatif, informatif dan komunikatif.Â
Bermacam karya komunikasi visual bisa kita temukan sebab hampir setiap detiknya orang orang dapat melihat hasil karya desain komunikasi visual seperti iklan televisi, wallpaper telepon genggam, cover majalah, logo, spanduk pinggir jalan atau baliho, desain di website dan masih banyak lagi yang bisa dilihat.Â
Memperdalam ilmu ini pun menuntut para desainer harus mampu juga dalam menyampaikan pesan dengan menggunakan berbagai gambar, simbol, tanda, lambang, ilustrasi dan kombinasi warna. Lantas wajar saja di perguruan tinggi komunikasi visual masuk kedalam fakultas seni rupa.
Secara prespektif para ahli istilah komunikasi visual bermula pada sejarah tipografi yaitu pada 35.000 sebelum masehi sebagai awal munculnya komunikasi visual. Masuknya di Indonesia yaitu saat zaman penjajahan Belanda ketika mesin cetak datang pertama kali di pulau Batavia atau sekarang dikenal dengan nama pulau Jawa pada tahun 1659.Â
Melalui surat kabar yang bernama De Batavia Nouvelles yang terbit tahun 1744 di Batavia. Dalam pandangan ahli prinsip komunikasi visual ialah merupakan suatu kontruksi dalam menyalurkan bermacam pesan, ide dan gagasan kepada massa luas dalam bentuk visual yang efektif, efisien dan komunikatif. Media yang dipakai berupa media dua dimensi dan tiga dimensi baik itu elektronik maupun cetak atau media alternatif lainnya.Â
Tak heran ketika lulusan dari jurusan komunikasi visual dapat menjadi buruh lepas (Freelance), karyawan/pegawai maupun pengusaha yang siap di segala lini dunia industri tentunya.
Teknologi merupakan suatu tolak ukur kemajuan zaman sebab kemajuan tersebut tidak bisa kita tolak, itu akan terus mengalami proses dialektika dan dinamika yang berkemajuan begitu pun di era sekarang, revolusi industry sudah memasuki 4.0 dapat diartikan perubahan ini mencakup hingga kedalam bidang politik, ekonomi, social dan budaya. Tak hanya itu, revolusi industry 4.0 juga menyentuh perubahan sampai pada hal yang paling normatif yaitu akan merubah juga sikap ilmiah seseorang dan juga dapat mengubah berbagai keterampilan. Akibatnya hampir seluruh sektor masyarakat terdampak akan hal tersebut. Untuk itu perlu landasan pandangan yang jelas dan tegas agar mampu beradaptasi dengan pesatnya perkembangan teknologi.
Dalam kemajuan teknologi ini, akan banyak tantangan dan juga peluang dalam menjawab revolusi industri, walaupun kedepan demikian, proses kreatif seseorang tidak hanya dibenturkan dengan teknologi digital saja tetapi paling tidak harus membiasakan diri dengan memanfaatkan perkembangan tersebut dengan sikap yang merawat dan mengembangkan hingga mendiseminasikan nilai lokal yang kontekstual. Â
Tidak kalah penting, agar tidak melupakan informasi dan perkembangan teknologi terbaru agar kita tidak ketinggalan, selain itu untuk memperkencang daya saing dalam mencapai progress di era digital ini. Indoensia sendiri pernah mengalami hal tersebut, Seperti yang terjadi pada era 90-an dimana baru muncul revolusi industry 3.0 yang merupakan fenomena penggusuran atau lengsernya desainer manual contoh saja tukang setting, tukang stensil, Paste UP-Artist yang itu semua dapat tergantikan oleh desainer yang memakai computer sebagai medianya. Walaupun sebenarnya pada era tersebut siapapun bisa menjadi desainer tetapi siapa yang yang cepat beradaptasi lah yang mampu menjawab perkembangan tersebut.
Artinya dalam perkembangan tersebut semua hal perlu di persiapkan dengan matang, hal dasar yang paling menentukan arah kedepan dunia komunikasi visual ialah sektor pendidikan sendiri, yaitu disebabkan pendidikan dapat menajawab hal tersebut, pendidikan lah yang mampu memberikan kurikulum yang kompeten dan relevan dalam rangka membuka jendela teknologi modern. Tentunya harus didukung dengan pengajar dari praktisi dan akademisi sehingga transformasi kepada peserta didik mendapatkan materi yang kompeten dan dapat bersaing di tengah pesatnya perkembangan teknologi.