Mohon tunggu...
Bella Nur Fadhilah
Bella Nur Fadhilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Semester 1, D4-Akuntansi Manajerial, Politeknik Negeri Semarang.

Mahasiswi Semester 1, D4-Akuntansi Manajerial, Politeknik Negeri Semarang.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Masak Sendiri VS Beli Makanan: Mana yang Lebih Worth It di Kantong Mahasiswa?

6 Oktober 2024   01:37 Diperbarui: 6 Oktober 2024   14:35 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai mahasiswa yang memiliki segudang kegiatan, makan menjadi hal yang tidak boleh dilewatkan dan sangat dibutuhkan. Namun, sering kali kita dibingungkan oleh pilihan antara memasak sendiri atau membeli makanan di luar. Dengan mempertimbangkan waktu dan biaya, pikiran mengenai efisiensi yang baik untuk menghemat biaya dan waktu tentu menjadi pertimbangan utama bagi mahasiswa. Apakah biaya memasak lebih kecil dibandingkan membeli makanan di luar? Atau justru membeli makanan lebih efisien?

Memasak sering dianggap lebih hemat, Hal ini mungkin saja terjadi jika orang yang memasak dapat memilih bahan makanan dengan baik dan dapat memasak makanan dengan enak. Jika tidak, memasak bisa jadi malah lebih mahal dan melelahkan. Apalagi dari segi waktu mungkin kurang praktis jika dibandingkan dengan membeli makanan di luar. Bagi mahasiswa yang memiliki hari sibuk tentunya efisiensi waktu sangat dipertimbangkan, di saat badan lelah setelah beraktivitas seharian, mereka pasti lebih memilih untuk membeli makanan di luar dibanding harus mengeluarkan tenaga lebih untuk memasak makanan. Tetapi, terlalu sering membeli makanan di luar berisiko banyak menguras kantong serta membuat kita kurang memerhatikan kandungan nutrisi dan cenderung memilih makanan cepat saji yang kita tidak ketahui proporsi bahannya dan dampaknya bagi kesehatan tubuh. Dengan pertimbangan tersebut, memasak bisa dilakukan saat mahasiswa memiliki waktu luang seperti saat weekend.

Permasalahan ini juga dapat memunculkan peluang usaha. Bagi mahasiswa yang memilih untuk memasak dan hasilnya enak, maka bisa dikembangkan menjadi usaha kecil-kecilan. Misalnya menjual makanan ringan ke teman-teman kampus yang kekurangan waktu untuk memasak sendiri dengan harga yang bersahabat. Namun, ada pula dampak dari keputusan antara membeli atau membuat makanan bagi ekonomi di sekitar. Misalnya, mahasiswa yang sering membeli makanan di warung sekitar kampus berarti mereka telah membantu usaha mikro yang ada. Sebaliknya, jika banyak mahasiswa yang memutuskan untuk memasak sendiri, warung sekitar kampus akan kehilangan pelanggannya dan menyebabkan penurunan aktivitas ekonomi.

Keputusan untuk memasak ataupun membeli makanan tergantung pada preferensi masing-masing orang. Setiap pilihan mempunyai kelebihan maupun kekurangan dari segi biaya, waktu, dan kualitas makanan. Di mana memasak sendiri menawarkan efisiensi biaya, sedangkan membeli makanan menawarkan efisiensi waktu. Di sisi lain, terdapat peluang dan dampak di setiap pilihan, Peluang untuk membuka usaha makanan dan dampak ekonomi bagi pedagang makanan. Dengan demikian, keputusan antara memasak atau membeli makanan tidak hanya mempengaruhi diri sendiri, tetapi juga dapat berdampak pada ekonomi sekitar dan menciptakan peluang bagi mahasiswa untuk berwirausaha.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun