Surabaya - Acara dengan tajuk Surabaya Sejuta Toleransi yang digelar di Novotel Samator (2/12), dihadiri oleh Eri Cahyadi, para pemuka lintas agama dan kepercayaan yang ada di Surabaya serta tamu undangan dengan berbagai macam profesi dan latar belakang. Acara yang diselenggarakan oleh Ksatria Airlangga, Banteng Lawas, serta Para Pemuka Lintas Iman dan Kepercayaan ini membahas mengenai toleransi yang ada di Surabaya.
Saat ditanya mengenai toleransi, Eri memiliki sebuah mimpi untuk Surabaya menjadi kota yang tidak ada minoritas dan mayoritas, baik dalam hal beribadah maupun hal lainnya. Menurutnya, Surabaya dapat menjadi kota yang hebat seperti saat ini karena adanya kerjasama dari semua elemen di dalamnya.
Berjalan beberapa puluh tahun ke masa lalu pada saat perjuangan melawan penjajah, tepatnya pada sepuluh November, saat itu semua orang berkumpul menjadi satu. Tanpa melihat latar belakang agama, ras, atau suku, mereka berjuang bersama. Sehingga perjuangan ini harus tetap diteruskan. Semua elemen harus bersatu agar Surabaya menjadi lebih baik lagi dan dapat menjadi contoh bagi kota-kota lainnya.
Ia juga menyampaikan jika nantinya terpilih menjadi Wali kota, Eri akan mengumpulkan para tokoh agama dan kepercayaan yang ada di Surabaya. Tujuannya untuk melakukan komunikasi perihal kegiatan dan pembangunan di Kota Surabaya terkait dengan toleransi.
"Karena buat saya, menjaga sebuah kota itu adalah dengan tokoh agama adalah yang paling utama untuk meredam semuanya termasuk hal-hal radikal. Sehingga tidak ada lagi istilah itu di kota Surabaya," tuturnya.
Agar toleransi ini tetap terjaga, Eri akan membuat sebuah wadah yang di dalamnya terdapat berbagai macam orang dengan suku, ras, dan agama. Setiap anak mulai dari SD, SMP, hingga SMA akan dibuatkan kegiatan sesuai dengan tingkatan sekolah masing-masing. Penamaan pola pikir untuk hidup dengan rasa toleransi yang tinggi sejak dini sangatlah penting menurutnya.
"Hidup Itu harus saling melengkapi, harus saling toleransi, tidak berdiri sendiri," tegasnya.
Acara tersebut juga dihadiri oleh tokoh senior PDI Perjuangan Surabaya, Saleh Ismail Mukadar. Ia juga menambahkan bahwa tradisi menjaga kota Surabaya yang menghargai keberagaman harus tetap dijaga. Toleransi keberagaman yang ada di Surabaya ini merupakan tanggung jawab semua pihak. Bukan hanya pemerintah saja, tetapi juga pemuka agama dan partisipasi semua masyarakat di Surabaya.
"Yang kita lakukan hari ini dalam rangka membangun komitmen itu (toleransi)," ucap Saleh seusai acara berlangsung.