Mohon tunggu...
Bella Fariza Hanifa
Bella Fariza Hanifa Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Perbedaan yang Melengkapi, Bukan Memisahkan

10 Desember 2011   10:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:34 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Makanya pake BB dong biar update!" celetuk salah seorang teman sekelas saya sewaktu SMA.

Lantas yang tidak menggunakan BB (Blackberry) itu tidak bisa update terhadap sesuatu?

Sebenarnya saya mendengar celetukan itu sekitar 2 tahun yang lalu. Tapi kata-kata itu masih terus terngiang di telinga saya sebagai hal yang menyebalkan. Bukan karena saya tidak menggunakan BB. Tapi karena dari kalimat itu tersirat sebuah kesenjangan sosial bagi mereka yang menggunakan gadget bagus dan mahal dengan mereka yang tidak. Tidak memakai gadget mahal tersebut karena tidak merasa nyaman menggunakannya atau bahkan tidak mampu membelinya.

Saya yakin tidak semua pengguna gadget mahal itu (khususnya BB) berperilaku seperti itu. Banyak teman kuliah saya yang juga pengguna BB tapi mereka tetap "merakyat". Memang 2 tahun lalu BB merupakan keluaran terbaru. Sehingga siapapun yang memilikinya pasti tergolong orang-orang yang "mampu" (anggapan banyak orang).

Lalu apa maksud saya membeberkan semua hal itu?

Saya hanya ingin menunjukan bahwa terkadang atau mungkin seringkali teknologi yang tinggi itu memberikan kesenjangan sosial di masyarakat. Saya pernah melihat sekelompok teman bermain memiliki style yang sama. "Blackberry, Behel, Belah tengah." Ya, tidak ada yang salah dengan itu. Tapi yang menjadi masalah adalah saat sekelompok teman bermain itu mulai membeda-bedakan teman yang tidak se-style dengan mereka.

Saya pernah memiliki seorang teman yang semula sangat baik, ramah, sederhana, dan apa adanya. Tetapi dia mulai dekat dengan "mereka" yang glamour. Sejak saat itu, dia menjadi tidak ramah dan terkesan sombong.

Mungkin hal-hal kecil seperti itu jarang dianggap penting. Tapi kebiasaan membeda-bedakan teman berdasarkan harta itu yang menurut saya harus dihilangkan. Bukankah hal-hal kecil yang seperti itu justru yang sering memunculkan perselisihan? Bukankah hal-hal kecil seperti itu yang membuat banyak orang merasa tidak nyaman?

Tidak masalah jika kita memiliki gadget mahal dan canggih. Justru kita harus bersyukur karena diberikan rezeki yang lebih dibanding mereka yang bahkan tidak mampu membelinya. Tidak masalah jika kita bangga dengan segala barang mahal yang kita miliki. Tapi rasa bangga itu cukup dirasakan, tidak perlu ditunjukan dengan kesombongan.

Bukankah Tuhan menciptakan perbedaan untuk saling melengkapi? Contohnya saja, bayangkan jika tidak ada yang mau menjadi tukang sampah. Siapa yang mau mengurus semua sampah yang kita hasilkan setiap harinya? Bersyukurlah dengan adanya perbedaan. Setiap manusia adalah unik. Tuhan tidak pernah menciptakan manusia dengan "asal-asalan". Buktinya? Lihatlah dirimu di cermin.

Perbedaan adalah rahmat. Bisa berbeda, menjadi nikmat. Ingin berbeda,itu motivasi kuat. InsyaAllah, dari satunya perbedaan, menjadi maslahat munculnya "Kebersamaan yang Erat"! -AI'11


Ya, perbedaan itu harusnya mempersatukan. Bukan menjatuhkan yang satu atau meninggikan yang lain.

Buat apa membedakan teman berdasarkan harta? Bertemanlah dengan siapapun. Karena tidak ada yang tau apabila suatu saat kita justru membutuhkan pertolongan dari orang yang kita "kucilkan".

It's not just about your self, not just about your money, but it's all about sociality with others.

Tambahan untuk yang muslim :

"Dari Anas dari Nabi SAW., beliau bersabda: “Tidaklah beriman seseorang dari kalian sehingga dia mencintai untuk saudaranya sebagaimana dia mencintai untuk dirinya sendiri”. (HR.Bukhari:12)"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun