Anak muda cenderung ingin disetujui dengan baik oleh kelompok sosialnya dalam masa perkembangannya. Disamping itu, penampilan juga menjadi salah satu aspek terpenting yang sangat diperhatikan oleh kebanyakan anak muda. Maka itulah anak milenial saat ini selalu mengedepankan dan memperbaharui stylenya.Â
Generasi muda saat ini memiliki ciri-ciri ketika menjadi konsumen yaitu mudah terombang-ambing oleh godaan penjual, godaan iklan, kurang berpikir untuk berbudaya hemat, terkadang tidak realistis, juga sangat mudah untuk dibujuk. Hal ini dikutip dari pendapat Johnstone (dalam Mustika & Astiti, 2017).Â
Selain itu, anak milenial rela melakukan hal apapun agar mendapat sorotan banyak mata, diterima oleh circle atau teman seusianya, juga mengedepankan formalitas. Kondisi anak muda seperti inilah yang cenderung mengubah perilaku pembelian mereka.
Â
Menurut studi Januari 2018 oleh Snapcart Research Institute, konsumen berusia antara 15 hingga 24 tahun menyumbang 40 persen dari semua konsumen belanja online (Tashandra, 2018). 53 persen konsumen yang berbelanja online adalah wanita berusia 18-30 tahun, sementara pria hanya 47 persen (Ikhsanti, 2015).Â
Disamping maraknya anak muda yang hobi berbelanja online, tak kalah ramai juga sebanyak 75 persen generasi Z (umur 15-24 tahun) yang juga gemar berbelanja secara langsung/offline. Jika ditilik dari kacamata bisnis, konsumen generasi muda seperti sekarang menjadi peluang besar dalam berbisnis.
Menyapa anak muda di dunia bisnis, maka sangat perlu dilakukan pengkajian terkait bagaimana perilaku anak muda dalam mempertimbangkan dan membeli suatu produk. Dilihat dari sudut perilaku konsumen, mereka akan mengambil keputusan pembelian ketika dihadapkan pada pilihan produk yang berbeda. Pengambilan keputusan konsumen, yaitu "orientasi mental yang mencirikan pendekatan konsumen terhadap pengambilan keputusan".  Hal ini dipaparkan oleh Sproles dan Kendall  (1986). Dari sinilah kita tahu bahwa kebanyakan anak muda cenderung perfeksionis, sadar merek, sadar kebaruan/mode, sadar anggaran, dan bimbang dengan pilihan berlebihan.Â
Sedangkan jika kita melihat dari sedikit faktor dalam perilaku konsumen anak muda, maka hal yang menarik untuk diperbincangkan impactnya terhadap gaya pengambilan keputusan konsumen tak lain yakni kepribadian. Mengapa demikian? karena faktor kepribadian cenderung mengubah kepribadian seseorang dalam berperilaku. Kepribadian inilah yang pada akhirnya menjadi variabel bawaan dari dalam yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.Â
Cara berpikir seorang individu, berperasaan, juga bertindak, utamanya perihal membuat keputusan untuk memberi, beberapa hal ini cenderung dipengaruhi oleh kepribadian itu tadi. Maka sangatlah menarik menilik hubungan antara kepribadian konsumen dan gaya pengambilan keputusan pelanggan.Â
Keterbukaan remaja putri yang berusia sekitar 13-23 tahun terhadap pengalaman dan kepribadian yang menyenangkan memiliki efek positif pada gaya pengambilan keputusan konsumen yang perfeksionis/berpengetahuan tinggi. Konsumen dengan gaya perfeksionis/sadar kualitas akan cenderung mengambil produk dengan kualitas terbaik. Konsumen jenis ini biasanya cenderung lebih berhati-hati dan terstruktur dalam membandingkan produk.Â
Remaja dengan Keterbukaan terhadap pengalaman biasanya mempunyai pemahaman yang luas mengenai informasi suatu produk atau merek. Keterbukaan ini mengacu pada pencarian informasi yang ekstensif, perolehan informasi yang berkelanjutan, dan selera pemikiran, bukan konfirmasi informasi yang lugas. Maka dari itu, mereka dengan cermat akan memilih dan membandingkan produk hingga menemukan titik akhir produk dengan kualitas terbaik untuk dibeli.Â