Akun Twitter @TogogNdugalNNEH  mengomentari kegiatan  PDIP terkait demo masak tanpa minyak goreng. Akun tersebut langsung mengungkapkan keprihatinannya dan juga menampilkan postingan dari akun @PDI_Perjuangan terkait kegiatan yang digagas Megawati.Â
Ketakutan diungkapkan dalam bahasa Jawa Ngoko dengan menggunakan bahasa tingkat rendah. Ungkapan ini menunjukkan  upaya melawan partai atau penguasa melalui Twitter dengan menghubungkan ke media sosial.
Poster di atas menunjukkan sebuah gerakan sosial baru yang tercipta dengan adanya media sosial. Orang dapat menangani masalah yang muncul segera.Â
Tidak ada tempat topik ini dibahas di situs web mereka. Suara yang mereka kirimkan melalui pesan ini menjadi  tindakan komunikasi yang mereka sampaikan kepada pihak berwenang.Â
Hal ini ditunjukkan dengan jawaban yang mereka berikan ketika mereka berbicara. Langkah-langkah yang mereka ambil saat ini adalah upaya kelas bawah untuk menciptakan opini publik mereka sendiri tentang isu-isu yang dibahas di tingkat nasional.
Berdasarkan analisis dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Twitter sebagai ruang publik bagi masyarakat tidak  lepas dari kontrol pemerintah sebagai penguasa. Pemerintah dapat terlibat dalam membentuk opini publik mereka sendiri untuk mencegah suara-suara membangun wacana dengan emosi negatif.Â
Dengan demikian, upaya masyarakat untuk membentuk opini publiknya sendiri mengenai protes terhadap pemerintah menemui hambatan. Kendala ini disebabkan oleh wacana kuat yang dibangun oleh influencer melalui postingan yang mereka buat.
Namun ketika kata kunci pendataan difokuskan pada "minyak goreng" dan "umkm", terlihat adanya resistensi dari kalangan kecil terkait masalah minyak goreng.Â
Berkat Twitter, mereka bisa mengekspresikan diri secara langsung dan memberi kesan memiliki kekuatan untuk menggerakkan ruang publik ini. Upaya aksi komunikatif  mereka  berdasarkan visi Habermas merupakan bentuk  gerakan sosial baru yang lahir dari ruang publik.Â
Gerakan sosial baru di era teknologi saat ini dapat diciptakan melalui media sosial, terutama di negara-negara yang menganut sistem demokrasi.