Cara saweran pun sekarang banyak sekali ragamnya, salah satunya saweran di desa Pamedaran, kecamatan Ketanggungan, Brebes.Â
Memiliki keunikan tersendiri karena dilakukan dengan menggunakan payung terbalik yang disambung dengan bambu, yang panjang nya kurang lebih 4-5 meter, sehingga membentuk jalur panjang yang digunakan untuk mengumpulkan saweran.Â
Uang atau hadiah lainnya dilemparkan oleh tuan hajat biasanya dari lantai dua atau atas genteng ke atas payung-payung tersebut, dan uang yang di sawerkanpun sangat fantastis, mulai dari jutaan hingga puluhan juta.
Tradisi saweran ini bisa kita jumpai saat musim hajatan, selama periode ini, biasanya banyak warung yang lebih sering tutup, karena masyarakat lebih memilih untuk berpartisipasi dalam saweran ini daripada membuka warung.Â
Hasil dari tradisi saweran ini, umumnya jauh lebih banyak dibandingkan dengan pendapatan harian yang diperoleh dari berjualan di warung.
Kegiatan ini mencerminkan prioritas ekonomi masyarakat setempat, di mana mereka lebih memilih untuk terlibat dalam acara hajatan yang bisa memberikan imbalan finansial yang signifikan.Â
Oleh karena itu, banyak pemilik warung yang memilih untuk menutup usaha mereka selama periode ini, dengan harapan memperoleh keuntungan yang lebih besar dari saweran dibandingkan dengan pendapatan dari penjualan sehari-hari.Â
Hal ini juga menunjukkan bahwa dalam konteks sosial dan budaya tertentu, kegiatan tradisional dapat mempengaruhi pola konsumsi dan aktivitas ekonomi masyarakat.
Tradisi ini tidak hanya mencerminkan kreativitas masyarakat desa, tetapi juga memperlihatkan kekayaan budaya lokal dalam merayakan berbagai momen penting.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI