yogyakarta (14/11). semalam sekitar pukul 9, saya dan dua orang relawan meluncur ke pasar giwangan untuk membeli kebutuhan dapur umum. lapak yang pertama kami kunjungi adalah lapak penjual kentang. karena tidak mendapatan kesepakatan harga (meskipun kami telah menyatakan bahwa kentang ini untuk para pengungsi), akhirnya kami memutuskan untuk pergi. kami mengunjungi lapak penjual kubis. setelah mendapatkan kesepakatan harga dan membungkus 15 butir kubis sembari menanyakan kemana kami harus membeli barang-barang kebutuhan kami, kami pun pamit. ternyata tak disangka si penjual kubis ini menyertai kami. beliau bahkan menunjukkan tempat-tempat dimana kami harus membeli barang-barang dalam daftar kami sekaligus menawarkan harganya. usut punya usut ternyata beliau merasa ikut prihatin karena mbok de (kakak perempuan orangtuanya-red) beliau sempat ikut mengungsi.
sungguh terpuji si bapak tadi. selain mengantarkan kami, beliau mau bersusah payah memesankan 42 kg ayam. bahkan ketika kami mencari tomat, beliau berkata bahwa jika beliau memiliki tomat, maka beliau akan memberikannya secara cuma-cuma. sayangnya beliau baru datang ke lapaknya (yang sebelumnya dijaga oleh istrinya) jadi beliau belum memeriksa ketersediaan tomat di lapaknya.
saya merasakan ada suatu hal yang menarik disini, bahwa betapa kesulitan akan mempertemukan kita dengan orang-orang baik. kesulitan akan mempersatukan hati-hati yang penuh kasih sayang. dan perasaan senasib sepenanggungan kadang lebih erat daripada sebuah persahabatan.
salam,
-belindch-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H