pagi-pagi pukul setengah 4 saya sudah dibangunkan oleh teman kos. dalam keadaan setengah sadar, saya ditanyai apakah punya cadangan masker. maklum, sebagai mahasiswa kedokteran gigi kami sudah akrab lah dengan benda itu. tapi kebetulan saya tidak punya. setelah sel-sel dalam otak saya menyambung lagi, baru saya bertanya, "emang ada apaan mba?" dengan setengah cemas. cemas lah! pagi-pagi dibangunkan di hari-hari ancaman merapi masih mengangkasa begitu. mba kos yang melongok dari jendela bilang hujan abu. hujan abu? [caption id="attachment_308102" align="aligncenter" width="300" caption="hujan abu di tempat jemuran"][/caption] dengan gegap gempita saya menuju pintu dan membukanya. jreeeng jreeng jreeeng... suasana seperti musim salju di luar negeri.. atap-atap dan pelataran tempat cucian di depan kamar saya tertutup abu. satu hal yang langsung terpikirkan. saya ngeri membayangkan apa yang terjadi di atasa sana. segera saya menyalakan televisi. ternyata merapi beraksi lagi semalam. disaat saya sedang tidur. sibuk amat dia ya. masih belum ada kabar lagi. semoga tidak ada korban kali ini. uhuk uhuk.. mungkinkah udara panas serasa oven kemarin siang dan hujan deras sorenya adalah pertanda si merapi sedang melakukan persiapan? karena meningkatnya panas di puncak gunung, awan2 jadi melelehkan hujan? eh.. iya ngga sih? dulu pas pelajaran geografi ngga begitu merhatiin juga. keep praying pals. semoga merapi cepat tenang lagi. soalnya sodara-sodara setanah airnya jadi ikutan waspada. duh Gusti. ada apa ini? ngeri sekali. T_T yogyakarta, 30.10.10 -belindch-
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI