"Tersinggung itu baik," kata Pak Abed, guru spiritual saya dengan lantang dan enteng. Luar biasa! Kalimat itu sangat berkesan dan menarik perhatian saya. Selama ini, tersinggung itu saya anggap tidak baik karena menyakitkan, bikin sensi, dan membuat mood jadi berantakan. Orang yang menyinggungnya, membuat orang yang tersinggung menjadi sakit hati, benci, dan bisa jadi menyusun rencana balas dendam. Hahaha... sudah seperti film thriller saja ya.
 Menjadi sensitif atau baper (terbawa perasaan) tersemat dalam kalimat "tersinggung itu baik." Dengan kata lain, sensi atau baper itu ada benarnya. Saking terkesannya dengan kalimat itu, saya mengirimkannya ke WA teman saya. Saya katakan bahwa tersinggung itu ada baiknya juga. Artinya, kita tak perlu sewot atau seperti cacing kepanasan saat merasa tersinggung dengan perkataan atau sindirian orang lain. Nah, pertanyaannya adalah mengapa tersinggung itu baik? Bukankah sebaiknya kita melakukan pembalasan atau paling tidak mengecam orang yang telah membuat kita sakit hati? Wajar memang kalau kita sakit hati. Tapi tidak wajar kalau melakukan pembalasan akibat dendam kesumat. Nanti malah saling balas seperti di drama Korea.
Tersinggung itu baik (dalam konteks ini membicarakan kritikan atau teguran yang masuk akal dan memang perlu disindir) adalah sebuah anjuran sederhana yang menyiratkan pesan moral yang sangat manusiawi dan logis. Â
Berikut ini adalah manfaat logis mengapa tersinggung itu baik.
- Be Wise. Itu menandakan bahwa Anda masih waras karena bisa bercermin pada ulasan atau pendapat orang lain tentang Anda.
- Be thankful. Anda harus bersyukur karena ada orang yang peduli dengan apa yang telah Anda perbuat. Bayangkan kalau Anda terus dibiarkan berbuat hal yang salah, Anda akan sangat menyesal karena tidak ada yang peduli. Oleh sebab itu, Anda harus bahagia karena kritikan itu bisa jadi adalah masukan yang sangat berharga.
- Positive thinking. Belajar dari hal-hal negatif dan mengubahnya menjadi hal positif. Meskipun orang yang menyinggung Anda tidak menyampaikannya secara langsung kepada Anda atau katakanlah bahwa orang itu tidak bermaksud menyinggung Anda secara personal, tetapi Anda merasakan bahwa yang disampaikan adalah benar dan masuk akal, Anda harus berterima kasih pada Tuhan karena mengirimkan orang lain untuk menegur dengan cara yang unik. Maka, ambil hikmahnya dan pelajari hal-hal positif yang bisa mengubahkan perilaku kita.
- Be creative. Menjadi sensitif akan mendorong Anda lebih kreatif. Percayalah, sensitivitas berkaitan erat dengan kreativitas karena orang yang yang sensitif dipenuhi banyak emosi dan perasaan sehingga mereka bisa mengekspresikan diri melalui cara yang kreatif seperti menulis, menari, menyanyi, dan lain-lain. Daripada menyalahkan atau membalas orang lain, fokuslah pada kelebihanmu.
- Be Aware. Dengan kritikan yang Anda dapatkan, membuat Anda lebih sadar dan detail pada lingkungan dan sekitar Anda. Artinya, ke depannya, Anda akan berinisiatif memperhatikan hal-hal yang lebih detail dan mengantisipasi setiap hal lebih baik. Tentu, ini pertanda baik karena tidak semua orang bisa memperhatikan hal-hal kecil.
- Be a leader. Dengan menjadi sensitif, itu pertanda bahwa Anda sangat menaruh perhatian pada pentingnya sebuah hubungan. Artinya, salah  satu kualitas yang perlu dimiliki oleh seorang leader adalah memiliki kesadaran emosional, dedikasi memperlakukan rekan kerja secara adil dan bersemangat. Bahkan, memperhatikan sisi emosional para bawahan, terkadang dibutuhkan untuk memantau kinerja tim.
Tersinggung vs. Senang
Dalam KBBI, definisi kata tersinggung adalah mudah sakit hati. Untuk menetralkannya, antonim kata tersinggung adalah senang. Selaras dengan kalimat "tersinggung itu baik", sejatinya kita harus senang saat tersinggung, bukan malah sakit hati. Oleh karena itu, untuk menjadi senang, hindari baper yang berlebihan, khususnya yang bersifat overthinking.
Caranya sangat mudah.
- Lakukan relaksasi. Ketika mendapatkan kritik, hadapi dengan senyuman, tarik napas. Santai saja. Tidak perlu stress. Toh, tidak ada manusia yang sempurna, kan?
- Pahami apa yang Anda rasakan. Kendalikan perasaanmu dan pikirkan hal positifnya. Kritikan seringkali membuat marah dan stress. Namun bukan berarti itu akhir dari segalanya. Pahami dan kuasai perasaanmu. Fokus pada cara mengatasinya, bukan malah memperumitnya.
- Kenali kritik yang membangun dan yang tidak. Kita harus logis. Tidak semua kritik benar adanya. Oleh sebab itu, bedakan mana yang positif dan negatif. Fokuslah pada kritik yang membangun.
- Fokuslah pada solusi. Saat menerima kritik, jangan memendam atau membiarkan diri tersakiti. Carilah solusinya dan atasi kelemahannya.
Pada akhirnya, mudah tersinggung, sensitif, atau baper itu tidak bisa dihilangkan begitu saja. Semua orang pasti merasakannya dengan level yang berbeda-beda. Ada yang cuek, ada juga yang sangat sensitif. Mudah tersinggung itu melelahkan, tapi bukan berarti tidak ada sisi positifnya. Tersinggung itu juga baik asal emosi dan perasaan itu bisa dikelola dengan baik. Ubahlah mindset tersinggung dengan senang, lalu fokus pada sisi positifnya, terlebih pada solusinya. Kalau orang lain tak bisa berubah, ada kalanya kita sendiri yang perlu berubah, kan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H