Ahok saban bulan digruduk orang biasa-biasa saja, tanggapannya biasa dan tidak merasa dizholimi.
Terakhir, kejadian di MK saat uji materi cuti kampanye, Ahok dikejar anggota ACTA seperti Habiburrohman dan Novel Bamukmin bahkan berteriak mengatakan Ahok “Gila”, tidak membuat Ahok merasa mewek, cemen, baper hingga teriak-teriak menyalahkan orang lain sampai menuntut kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Mungkin Ahok sudah terbiasa dengan peristiwa-peristiwa diatas, tuntutan terbesar sebagai pemimpin harus kuat dan tahan dari serangan berbagai penjuru mata angin.
Ahok telah membuktikan kekuatannya sehingga pantas dan layak sebagai pemimpin yang sesungguhnya.
Beda dengan si pepo, dicolek sedikit langsung peka terhadap rangsangan, merasa didzolimi, baper, mewek hingga curhat ke Tuhan Yang Maha Kuasa lewat medsos.
Merasa digruduk, langsung teriak-teriak di medsos sampai menyebut nama Kapolri, Presiden hingga Yang Maha Kuasa.
Om ampun om!
Ternyata faktanya tidak begitu, Polisi membantah para mahasiswa melakukan aksi demo gruduk ke kediaman sang pepo.
Mahasiswa melakukan aksi demo hanya kebetulan dekat di kediaman sang pepo.
Jadi, siapa yang bikin isu hoax?
Orang yang selalu melawan isu hoax, justru menebar hoax. Sungguh keterlaluan!