Satu hal yang mencuri perhatian serta mengusik sanubari teh Lia, yaitu ketika melihat sebuah foto yang terpajang di dinding tamu. Ia merasa bingung sekaligus penasaran mengapa ada fotonya ibu Ayi dengan latar belakang perusahan kue kepunyaan ayahnya. Dengan spontan, Lia pun bertanya kepadanya punten bu, 'Itu foto kapan ya hehehe, sepertinya saya kenal backgroundnya?'. "Oh itu tu foto waktu saya bekerja di perusahan kue kepunyaan pak Tomo Budianto di Jln. Merdeka waktu itu".Â
Bisa dibayangkan betapa kagetnya Lia mendengar jawaban ibu Ayi kala itu. Namun Lia mencoba menahan diri untuk tidak memberitahu kalau dia adalah anaknya pak Tomo mantan bos Bu Ayi. Lebih lanjut ibu Ayi menceritakan kondisi ekonomi keluarganya hingga dia harus kuliah sambil kerja di sana. Ibu Ayi juga secara terbuka menceritakan kalau dirinya terpaksa harus berhenti dari kerjaan karena bermasalah dengan bosnya. Waktu itu dirinya benar-benar membutuhkan dana untuk melunasi biaya kuliah dan pengobatan adiknya yang sedang sakit.Â
Berhadapan dengan situasi semacam itu, maka tidak ada pilihan lain baginya selain harus melakukan pinjaman ke perusahan dan potongan gaji bulanan menjadi jaminannya. Maka suatu hari dia memberanikan diri menghadap bosnya guna mengutarakan situasi yang sedang dihadapinya saat itu. Awalnya pak Tomo terlihat sangat sulit untuk memberikan pinjaman kepada ibu Ayi. Hal ini tampak dari sikapnya yang tidak memberikan jawaban pasti selain mengangguk-anggukkan kepala. Selang beberapa menit kemudian, pak Tomo mengatakan kalau saat ini dia belum bisa memberikan jawaban.Â
Dengan berat hati, Bu Ayi pun terpaksa harus pamit dan melanjutkan pekerjaannya sebagai karyawan. Malam sekitar jam 10. Bu Ayi menerima telepon dari pak Tomo. Bermula dari menanyakan keadaan adiknya hingga memutuskan bahwa semua biaya pengobatan serta utang kuliahnya Bu Ayi akan ditanggung oleh pak Tomo.Â
Mendengar hal tersebut Bu Ayi pun langsung menangis terharu sembari mengucapkan berkali kali kata terima kasih kepada pak Tomo. Namun suara diujung telepon, pak Tomo berpesan agar tidak memberitahu kepada siapapun terkait hal ini biar tidak menimbulkan kecemburuan sosial diantara sesama karyawan. Dengan tekad yang kuat, Bu Ayi pun berjanji untuk menjaga rahasia tersebut.Â
Rasa empati pak Tomo terhadap keluarga Bu Ayi tidak berhenti sampai disitu saja. Sering kali pak Tomo juga memberikan perhatian kepada Bu Ayi agar semangat menjalani kuliah dan semoga adiknya cepat sembuh. Bahkan pak Tomo juga sempat berpesan agar bila ada kebutuhan apa-apa, jangan segan-segan untuk menghubunginya. Tak pernah terpikirkan sama sekali di benak Bu Ayi bahwa dibalik sikap manisnya perhatian pak Tomo selama ini, ternyata punya niat dan hasrat yang tidak baik baginya. (menyukai Ibu Ayi)
Suatu sore di bulan Juli. Pak Tomo berkunjung ke rumahnya Bu Ayi dengan tujuan menjenguk adiknya yang sedang sakit. Namun pada saat yang sama, pak Tomo mulai mengaku jujur kalau dia sebenarnya suka sama Bu Ayi. Itulah mengapa ia memenuhi semua yang menjadi kebutuhannya selama ini. Mendengar hal itu, Bu Ayi sempat kaget bercampur takut hal itu diketahui istri pak Tomo dan semua karyawan lainya. Namun pak Tomo mencoba meyakinkan Bu Ayi bahwa semua akan baik baik saja.Â
Sejak saat itu tali percintaan mulai terjalin diantara mereka berdua. Kira-kira 1 tahun hubungan asmara Pak Tomo Dan Bu Ayi terlihat baik baik saja. Rupanya jejak jejak yang mencurigakan pun timbul di benak sang Istri dan beberapa karyawan lainnya. Hal ini bermula dari penemuan sebuah benda kecil di dalam sebuah tas yang biasa digunakan Pak Tomo ketika hendak ke kantor . Benda kecil dengan sedikit panjang itu tersimpan rapi di bawa dasar tas ketika seorang karyawan hendak mencuci tas tersebut.Â
Bagi kaum perempuan, melihat benda kecil itu tentu sesuatu yang tidak asing lagi. Namanya adalah Tespek yang dilengkapi dengan garis berjauhan muncul sebagai penanda kehamilan. Awalnya karyawan itu mengira bahwa itu kepunyaan istri pak Tomo. Namun ternyata itu hasil Tespek kehamilan ibu Ayi yang diambil pak Tomo saat beberapa hari setelah dinyatakan bahwa Bu Ayi sudah hamil. Dengan adanya bukti tersebut, istri pak Tomo pun segera menghampiri Bu Ayi. Karena sebelumnya dia sempat menaruh curiga kepadanya setelah beberapa kali pak Tomo didapati mengantar Bu Ayi pulang dari kampus.Â
Bu Ayi benar-benar merasa terpukul atas apa yang menimpa dirinya saat itu. Maka ketika istri pak Tomo datang menemuinya di rumah, ia pun terpaksa harus jujur bahwa ia memang sedang mengandung dan pelakunya adalah pak Tomo. Sempat berpikir untuk melakukan aborsi. Namun hal itu bertentangan dengan hati nuraninya. Sehingga ia pun memutuskan agar apapun yang terjadi setelah anak itu lahir , dia harus menyerahkannya kepada pak Tomo. Usia kandungan pun terus bertumbuh hingga melahirkan seorang anak perempuan bernama "LIA"...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H