Mendalami pengetahuan filsafat Timur terkhususnya filsafat Tiongkok merupakan sesuatu yang menarik. Menarik karena cara pandang serta apa yang diakuinya tentang alam semesta ini memiliki keunikan tersendiri. Sebut saja simbol-simbol yang terdapat dalam rumah ibadat atau klenteng. Saya yakin banyak orang bukan agama Budha tidak mengerti arti dari setiap simbol yang ada. Dengan adanya kuliah lapangan pada hari ini, saya pun jadi tahu dan mengerti bukan hanya simbol-simbol yang ada tetapi juga konsep kepercayaan mereka.Â
Misalnya konsep Yin dan Yang dalam budaya Tiongkok, bahwa segala sesuatu dalam alam semesta ini selalu mengalami perubahan. Perubahan itu terjadi secara terus menerus. Uniknya perubahan itu terjadi tidak saling merusak antara satu dengan yang lain, tetapi selalu berjalan beriringan seakan-akan semuanya ada dalam keteraturan. Saya pun spontan bertanya sekaligus bingung dengan alam semesta ini. Sebenarnya siapa yang mengendalikannya? Atau adakah sosok yang mengatur kapan dia akan bergerak dan berubah? Atau semuanya bergerak secara alami?Â
 Bagi kaum monoteis, tentu saja dengan mudah mengatakan bahwa yang mengatur semua itu adalah Allah. Sementara dalam kepercayaan politeis, mereka meyakini bahwa ada kekuatan dalam alam semesta ini yang mengatur dan membentuk alam semesta itu sendiri beserta isinya. Yaitu positif dan negatif (Yin dan Yang) yang bergerak dalam hukum keselarasan. Ketegangan antara Yin dan Yang bukan hanya terjadi dalam alam semesta tetapi juga terjadi pada diri manusia. Dengan demikian Yin dan Yang adalah landasan yang membentuk alam semesta dan juga manusia. Kekuatan Yin selalu diimbangi dengan kekuatan Yang. Yin sifatnya statis sedangkan Yang sifatnya dinamis. Keduanya saling mempengaruhi sekaligus saling membutuhkan. Dalam artian Yin tidak bisa eksis tanpa Yang. Misalkan, tidak ada kehidupan tanpa ada kematian, tidak ada pria tanpa ada Wanita, dan sebagainya. Dengan demikian tampak bahwa eksistensi alam semesta ini ditentukan oleh tegangan antara Yin dan Yang.
Selain konsep Yin dan Yang, ada juga elemen-elemen lain yang diakui sebagai pembentuk alam semesta. Elemen-elemen tersebut ialah api, air, kayu, logam, dan tanah. Api diakuinya sebagai lambang terang, cahaya, dan semangat yang bergerak secara dinamis. Dalam diri manusia api dijadikan sebagai organ vital dalam diri manusia, seperti jantung yang memantik munculnya gairah dalam diri manusia. Kayu melambangkan pertumbuhan dan perkembangan yang bergerak ke samping. Artinya bahwa kayu merupakan suatu hal yang bersifat fleksibel dan kreativitas. Sedangkan dalam diri manusia, kayu adalah simbol dari hati yang selalu menjadi pemantik munculnya berbagai macam perasaan.
 Air mengandung sifat mengalir turun dari atas ke bawah. Hal ini mengindikasikan adanya sifat dan sikap yang mengedepankan kejujuran, kemurahan hati dan kebijaksanaan. Logam, mau melambangkan kekuatan dan kemampuan untuk mengendalikan sesuatu yang ada di alam semesta ini. Dan Tanah diakui sebagai lambang kekuatan atau energi yang selalu stabil. kelimanya saling berhubungan antara satu dengan yang lain.
-Belasius Pantur
-Mahasiswa Filsafat UNPAR
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H