Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Salam

26 Januari 2025   20:43 Diperbarui: 26 Januari 2025   20:43 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Salam itu ungkapan nafsu berupa semangat untuk memperhatikan dan diperhatikan antara sahabat. Salam juga bisa ungkapan nalar karena ingat akan sesama rekan dalam dunia ilmiah. Salam sering berupa ungkapan naluri untuk sapa kerabat dekat dan jauh. Salam yang lebih dalam itu salam keagamaan yang berasal dari nurani untuk  melibatkan Tuhan dalam hidup bersama. (4N, Kwadran Bele, 2011). Jadi kerjasama antara nafsu, nalar, naluri dan nurani tiap pribadi kita mewujudkan ungkapan salam entah isyarat,  lisan atau tertulis.

Dunia sekarang sangat mudah untuk mengirim dan menerima salam. Isi salam? Kesenangan hasil nafsu, kegembiraan  hasil nalar, kepuasan hasil naluri dan kebahagiaan hasil nurani. Salam itu berbagi kesenangan, kegembiraan, kepuasan dan kebahagiaan. Tidak pernah salam berisi kebencian. Salam damai itulah yang umum terungkap lewat berbagai cara. Kita manusia memberi salam kepada sesama manusia.  Salam kasih dan damai.  Ini prinsip utama dari setiap ungkapan salam dalam peristiwa hidup kita manusia.

Salam terungkap dari diri manusia ke diri manusia lain sebagai jalinan kasih dan damai yang mengikat-satukan dua pihak yang saling memberi salam. Alangkah indahnya hidup kita di dunia ini kalau ungkapan salam kasih dan damai itu yang memenuhi setiap media sosial dari hari ke hari. Kalau kita miliaran manusia saat ini di dunia terikat oleh gelombang salam damai dan kasih, pasti tidak akan terjadi kejahatan kemanusiaan dalam segala macam bentuk. Aneh, kita menganggap wajar terjadi perseteruan antar sesama. Permusuhan sampai saling membunuh dianggap biasa dan manusiawi. Selama manusia ada di muka bumi ini perseteruan itu barang biasa. Inilah pembenaran yang tidak benar.

Salam itu harus terlahir dari nafsu, nalar, naluri dan nurani positif yang ditaruh Tuhan dalam diri kita setiap pribadi yang namanya manusia. Mari penuhi hidup sesama dengan salam kasih dan damai. Tuhan mau yang itu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun