Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Lagi

20 Desember 2024   21:40 Diperbarui: 20 Desember 2024   21:40 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Lagi dan lagi. Hidup ini dari lagi ke lagi. Tahun ini berakhir tetapi tahun depan kita lanjutkan lagi kegiatan kita. Ada yang sakit, tapi sehat lagi sesudah mendapatkan perawatan. Ada yang jatuh bangun lagi. Ada yang hilang, ditemukan lagi. Ternyata gerak dari lagi ke lagi inilah yang membuat hidup kita tetap bergairah untuk malah semakin bergairah. 

Nafsu untuk menikmati lagi dan lagi itu membuat diri kita maju dan terus mencari lagi. Nalar kita juga terus mendorong kita untuk mengetahui dan mengalami lagi yang sudah kita alami. Naluri kita mendorong kita untuk lagi sekali alami perjumpaan dengan sesama. Nurani tenang karena sudah mengalami lagi ketenangan sesudah alami kemelut bathin. Inilah dinamika kehidupan yang membuat empat unsur dalam diri kita itu bergerak  maju lagi dan tetap maju. (4N, Kwadran Bele, 2011).

Lagi sekali kita hidup ini untuk menikmati lagi apa yang sudah kita alami. Ada daya tarik raksasa yang mendorong kita untuk bangkit lagi kalau sudah pernah jatuh. Daya tarik itu tidak lain berasal dari Yang Maha Kuasa yang membuat kita berlari tanpa henti menuju garis batas. Hidup ini menjadi baik, benar, bagus dan berguna kalau kita mau lagi apa yang juga baik, benar, bagus dan berguna. Kecenderungan untuk mau lagi sesuatu yang tidak baik, tidak benar, tidak bagus dan tidak berguna itulah yang membuat hidup kita susah dan susah lagi dari hari ke hari. Kita tahu bahwa susah datang lagi karena ulah kita yang menjauh dan menjauh lagi dari yang baik, benar, bagus dan berguna itu. 

Anehnya, kita yang sudah jatuh lagi dibangunkan lagi oleh Dia Yang tidak rela kita jatuh lagi. Kita salah, dimaafkan lagi. Kita sesat, dicari dan ditemukan lagi oleh Sang Ilahi itu. Seandainya kita jatuh lalu bangun dan jatuh lagi tidak dibangunkan lagi, maka hidup kita akan dirundung malapetaka. Ini tidak dikehendaki oleh Sang Maha Kasih. Oleh karena itu, kita berserah diri pada penyelenggaraan Ilahi agar kita susah, dibuat senang lagi, kita sakit dibuat sehat lagi, kita sengsara dibuat bahagia lagi. Sampai akhirnya kita sampai pada bahagia lagi dan ini yang abadi tanpa lagi dan lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun