Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Langsung

28 November 2024   08:38 Diperbarui: 28 November 2024   09:19 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Langsung. Hidup ini langsung ke tujuan. Dari satu saat langsung ke saat yang lain. Tidak mungkin satu keadaan bertahan terus dan tidak langsung ke keadaan berikut. Kalau ada kegagalan, langsung bangkit ke arah yang menguntungkan. Kalau duka langsung ke suka. Itu diatur oleh diri kita manusia sendiri. 

Bukan diatur oleh Tuhan. Tuhan menyiapkan medan, kitalah yang berlaga di medan itu. Menang, syukur, kalah, sesali. Kegagalan itu cambuk untuk merobah dan memperbaharui cara ke arah yang sama dan tetapm yang indah itu. Langsung, jangan tanggung-tanggung.

Langsung. Jalan ke satu arah, langsung ke tujuan, jangan singgah-singgah. Nafsu kita manusia ini mau langsung nikmati apa yang kita mau. Nalar sibuk pikir jalan dan cara apa yang harus ditempuh untuk langsung mencapai tujuan. Naluri kita langsung bergerak untuk mengajak siapa saja yang dapat membantu untuk langsung menggapai tujuan.

 Nurani kita langsung tenang kalau tujuan sudah tercapai. Itulah kerjasama antara empat unsur dalam diri kita manusia, Nafsu, Nalar, Naluri dan Nurani. (4N, Kwadran Bele,2011).

Langsung. Diberi hidangan yang enak, tidak langsung makan tapi masih cari yang lain. Hidup ini hidangan. Sumber hidup, Tuhan, hidangkan yang enak, paling enak. Tapi kita manusia masih berpaling ke hidangan yang lain yang dihidangkan oleh musuh dari Tuhan. Heran, diri kita manusia langsung melahap hidangan yang bukan dari Sang Penyelanggara hidup tapi masih cari berkeliling berputar-putar mengitari hidangan lain yang nampaknya enak padahal beracun. 

Sudah diingatkan, "Langsung makan hidangan yang Saya siapkan", kata Tuhan, tapi Ajakan dan Suara merdu menawan ini tidak didengar malah kita berpaling ke arah panggilan yang lebih merdu menawan penuh tipu-daya. Langsung kita manusia terjun ke jurang kehancuran karena ajakan sang pendusta ini mengarahkan kita untuk tidak langsung ke Tuhan tetapi masih singgah sana singgah sini yang penuh tipu dan dusta ke arah malapetaka.

Langsung. Kita manusia tidak boleh ragu-ragu. Langsung ke tujuan dan itu pasti ke arah Yang Kekal Abadi. Saat itulah kita manusia langsung bertatap dari muka ke Muka dengan Sang Pencipta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun