Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Tarik

28 November 2024   00:53 Diperbarui: 28 November 2024   00:55 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Tarik. Ada yang menarik ada yang ditarik. Untuk apa? Yang menarik dan yang ditarik mempunyai tujuan bersama. Tujuan itu harus baik, benar, bagus dan berguna. Ini harus disadari bersama oleh kedua belah pihak yang tarik-menarik. Kalau hanya satu pihak saja menarik tanpa persetujuan pihak yang ditarik, maka itu namanya tarik paksa. Kalau tarik menarik itu terjadi antara dua pihak sama yang sama  kuat karena sama-sama mempunyai kemauan yang berlawanan maka terjadilah siapa kuat dia menang. Hasil dari tarik-menarik seperti ini ialah salah satunya yang berhasil ditarik itu berada di pihak yang lemah. Dia kalah. Pihak yang berhasil menarik berada di pihak yang menang. Terjadilah kalah-menang.

            Tarik. Yang menarik harus ada daya tarik. Maka terjadilah yang ditarik menyerahkan diri untuk ditarik karena tertarik. Secara alamiah, kita manusia tidak terpelanting ke luar dari bumi karena ada daya tarik dari bumi. Kekuatan dahsyat yang ada dalam bumi menarik semua pada dirinya sehingga semua yang ada di muka bumi ini melekat pada kulit bumi.

            Tarik. Hidup ini adalah kejadian tarik-menarik. Kita manusia diberikan oleh Pencipta, Nafsu untuk menginginkan apa saja yang kita sukai. Segala sesuatu yang baik, benar, bagus dan berguna yang menarik Nafsu kita itu ada para Diri Pencipta. Maka terjadilah bahwa Dia menarik dan kita tertarik untuk memenuhi keinginan Nafsu kita. (4N, Kwadran Bele, 2011).

            Tarik. Kita manusia diberi oleh Tuhan, Nalar untuk mengetahui dan mengalami segala sesuatu yang baik, benar, bagus dan berguna. Karena pengetahuan dan pengalaman itu sumbernya ada dalam Diri Yang Maha-tahu dan Maha-baik, maka Dia menarik sedang kita tertarik. Melawan daya tarik ini dan membangkang, itulah yang namanya dosa, melawan Daya tarik dari Sang Maha-daya.

            Tarik. Kita manusia ada Naluri yang diberikan oleh Tuhan untuk hidup bersama dengan sesama. Makanya kita tertarik antara sesama kita dan saling tarik-menarik. Tarik-menarik berdasarkan Naluri ini harus tetap ke arah tujuan yang sama, baik, benar, bagus dan berguna. Kita tarik-menarik dan serentak ditarik oleh Tuhan. Itulah yang namanya hidup yang sementara karena pada saat ajal, tarik-menarik itu dari sementara menjadi tarik-menarik abadi. Itulah hidup kekal.

            Tarik. Kita manusia diberi Tuhan, Nurani. Di sana tersimpan segala ketenangan dan kebahagiaan sebagai hasil kasih dan damai. Kita manusia tarik-menarik untuk menikmati (Nafsu), memikir dan mengalami (Nalar) dan berbagi antara sesama (Naluri) segala ketenangan dan kebahagiaan itu yang bersumber dari Sang Maha-damai, Tuhan. Dialah yang menarik kita dan kita tertarik kepada Dia. Terjadilah tarik-menarik antara kita dengan Dia, Tuhan, yang membuat Nurani kita tenang dan damai.

            Tarik. Biarkan diri ditarik, itulah hidup. Menarik sesama kita ke arah Dia untuk sama-sama masuk dalam daya tarik Ilahi, itulah hidup. Mari kita masuk medan Daya Tarik itu sehingga kita bersatu dengan Dia karena kita ini berasal dari Dia dan sedang kembali ke Dia Yang tetap menarik kita setiap saat tanpa henti ibarat Magnit Abadi yang menarik setiap serbuk logam di sekitar Diri-Nya. Kita adalah serbuk yang ditarik oleh Maknit Raksasa itu. Itulah hidup yang berlangsung dalam keadaan tarik-menarik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun