Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pertahankan Diri

6 Maret 2024   08:44 Diperbarui: 6 Maret 2024   09:11 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pertahankan diri. Siapa yang bertahan akan hidup. Hidup ini bertahan dari saat ke saat. Nafsu pertahankan diri itu yang membuat kita hidup dan terus hidup. Nalar kita terus bekerja untuk bertahan hidup dalam situasi apa pun. Malam berlalu dan nalar kita mulai beraksi untuk menyambut siang. Sepanjang siang bertahan sampai malam tiba dan begitu terus dan itulah hidup, bertahan, pertahankan diri. Naluri kita mendorong kita untuk pertahankan diri bersama sesama yang juga tiap-tiapnya pertahankan diri. Kita makan sama-sama di meja makan adalah aktivitas pertahankan diri masing-masing pribadi untuk bertahan hidup dengan kenyangkan diri seperlunya. Pertahankan diri yang tidak boleh terjadi itu kalau pertahankan diri sambil robohkan orang lain yang sementara bertahan pertahankan diri. Dia juga ada hak untuk pertahankan diri. Kalau baik, mengapa dia digerogoti? Nurani kita berbisik pada diri kita untuk tetap pertahankan diri dalam situai apa pun sejauh diri bertahan dalam kebaikan, kejujuran dan keadilan. Inilah kerjasama antara 4N dalam diri kita, NAFSU + NALAR + NALURI + NURANI. (4N, Kwadran Bele, 2011).

Pertahankan diri. Memangnya ada serangan? Tidak. Pertahankan diri dalam arti luas itu bergerak, menyatakan diri ada dan berada serta mengada untuk pertahankan nafas kehidupan yang ada dalam diri setiap diri kita. Dalam bus yang pengap seorang bergerak mengap-mengap mencari udara segar, itu dorongan pertahankan diri agar tidak mati lemas. Bayi dalam gendongan mamanya meronta menangis histeris, tanda dia pertahankan diri karena ternyata tangannya yang tergantung disengat semut merah. Kelompok suku terasing merontak memanah dan menyumpit pendatang baru yang mengganggu, tanda pertahankan diri dalam situasi belantara yang penuh nyamuk dan pelanduk yang sama-sama ada dan sama-sama pertahankan diri. Hidup ini pertahankan diri dalam tenang dan damai.

Pertahankan diri. Tiap diri kita pertahankan diri dan tiap kita diberi TUHAN, PENCIPTA kita kemampuan pertahankan diri yaitu empat unsur itu: NAFSU + NALAR + NALURI +  NURANI. Makan dan minum adalah kegiatan rutin pertahankan diri yang didorong oleh Nafsu. Makan apa, minum apa adalan pertanyaan yang dijawab oleh daya Nalar dalam diri kita untuk tahu dan alami apa yang tepat untuk dimakan dan diminum. Bedakan antara madu dan racun adalah kemampuan Nalar. Naluri kita mendorong untuk memandang keliling untuk rangkul sesama agar sama-sama pertahankan diri dan bukan saling merobohkan. Jalan seiring duduk sejajar. Itulah gerak yang diarahkan oleh naluri setiap kita dalam hidup dari hari ke hari. Nurani kita hembuskan dalam diri kita hawa segar untuk segarkan diri dan sesama sekitar untuk sama-sama segar agar semua mekar rengkuh Rahmat yang tercurah dari DIA tanpa hitung waktu dan tempat. Itulah hidup, pertahankan diri agar utuh datang dari DIA dan kembali pun dalam keadaan utuh. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun