Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Calon

20 Januari 2024   07:50 Diperbarui: 20 Januari 2024   08:04 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Calon. Menanti jadi. Mengharapkan jadi. Jadi apa? Sesuatu. Yang baik, benar dan bagus. Tidak ada seorang pun yang mau jadi calon untuk sesuatu yang hina, salah dan buruk. Semua berebutan jadi calon untuk sesuatu yang baik, benar dan bagus. Makanya hidup kita manusia ini sebenarnya dalam posisi calon. Dan sebagai calon, kita dilengkapi oleh Pencipta kita, TUHAN, dengan empat unsur dalam diri kita, NAFSU + NALAR + NALURI + NURANI. (4N, Kwadran Bele, 2011). 

Calon. Mau jadi sesuatu itu adalah dorongan NAFSU dalam diri kita. Bayi adalah calon kanak-kanak, selanjutnya calon pribadi remaja dan calon pribadi dewasa. Dalam bidang politik praktis, biasanya seseorang itu mengharapkan untuk menjadi sesuatu dalam posisi yang lebih tinggi, lebih terhormat. Tidak pernah seorang pejabat mencalonkan diri untuk menjadi penyapu lantai dan berebutan untuk mencapai posisi itu. Calon itu harap menggapai kursi yang lebih tinggi.

Calon. Kalau berebutan, parah. Hidup kita manusia jadi kacau karena cara yang salah dalam proses pencalonan. Saling sikut, saling jegal dan saling injak terjadi karena kita yang adalah sama-sama calon begitu utamakan diri sampai sesama diremehkan. NAFSU menggebu-gebu, NALAR diperas tanpa ampun, NALURI dipacu cari pengaruh, NURANI ditindas ikut maunya diri tanpa lihat ada sesama dan paling utama dan pertama, tanpa peduli pada YANG di Atas,TUHAN. Calon itu berjuang menata diri untuk lebih cantik, lebih menarik, lebih pantas dan lebih layak, sangat boleh dan harus demikian. NAFSU dikendalikan dengan baik, NALAR dipakai untuk berpikir yang matang penuh pertimbangan,  NALURI dijadikan ajang mempengaruhi sesama baik dekat maupun jauh dengan tanam jasa dan budi baik, NURANI ditenteramkan dengan menyapa sesama  dan menyembah TUHAN.

Calon. Mau jadi orang terhormat di bidang politik praktis, silahkan. Mau jadi pejabat pemerintah, silahkan. Ada tangga-tangga yang harus diikuti secara berjenjang. Mau jadi pengusaha yang sukses, harus, asal lewat cara-cara yang jujur tidak bohong-bohongan dalam harga dan pemasaran. Mau jadi artis yang tersohor, baik sekali. Berlatih dan terus  berlatih dan tampil dengan apik. Mau jadi olah-ragawan atau olah-ragawati yang menjuarai berbagai perlombaan, mengapa tidak? Calon juara. 

Calon. Kita semua ini calon orang yang berbahagia abadi. Dunia ini medan laga. Siapa kuat, dia menang. Kuat bukan untuk mengalahkan sesama, karena sesama itu bukan lawan. Kuat dalam melawan kelemahan dan ketamakan. Itulah perjuangan. Menang, menggembirakan PENCIPTA dan DIA akan merangkul kita pada saat akhir hayat dikandung badan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun