Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sangka

17 Februari 2023   06:03 Diperbarui: 17 Februari 2023   06:23 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sangka. Saya sangka. Sangka baik atau sangka buruk. Hidup ini diliputi sangka demi sangka. Sangka terhadap alam, sangka terhadap sesama manusia. Sampai sangka terhadap TUHAN. Sangka dan sangka, terus-menerus silih berganti  sampai hidup atau tenang atau risau disebabkan oleh sangka demi sangka ini. Terhadap cuaca. Sayang sangka ini hari hujan. Padahal tidak. Terhadap hewan. Saya sangka burung ini jantan padahal betina. Terhadap teman. Saya sangka dia tipu saya, padahal tidak. Suami terhadap isteri. Saya sangka dia marah, padahal tidak. Isteri terhadap suami. Saya sangka dia lupa, padahal tidak. Sangka dan sangka seperti ini melapangkan jalan di depan kita atau membuat jalan di depan kita itu suram malah gelap.

Sangka dikembangkan menjadi prasangka. Sebelum sangka sudah ada sangka dan itulah yang disebut prasangka. Ada lagi ungkapan, syak-wasangka. Yang ini selalu menuju ke sangka yang buruk. Langkah ke depan menjadi goyang dan penuh kecurigaan kalau sudah ada sangka dalam bentuk yang seperti ini, sangka yang buruk terhadap sesama.

NAFSU kita melihat ke depan dan membuat langkah kita ringan kalau kita sangka keadaan itu baik, sesuai dengan yang kita harapkan. NALAR kita langsung beraksi untuk mengatur segala upaya untuk mewujud-nyatakan hal yang kita sangka baik itu.  NALURI kita meneguhkan diri kita untuk merangkul sesama supaya bergerak menuju yang kita sangka baik itu.  NURANI kita menenangkan diri kita untuk maju saja langkah demi langkah karena yang kita sangka itu baik dan ternyata baik. Kepastian dalam hidup dibentuk oleh sangka yang baik itu. Sebaliknya, hidup menjadi goyah kalau sangka itu menjadi prasangka dan lebih parah lagi kalau sudah menjadi syak-wasangka.  Inilah kerjasama serentak antara empat unsur dalam diri kita untuk hidup yang diisi dengan sangka demi sangka ini. (4N, Kwadran Bele, 2011).

Sangka yang baik atau buruk. Resep sederhana untuk hidup tenang. Bangkitkan dalam diri kita sangka yang baik. Kalau muncul sangka yang buruk, segera saring asal usul dari yang buruk itu dan ganti dengan yang baik. Maka hidup menjadi ringan dan penuh gairah karena bergerak dari sangka yang baik ke sangka yang lebih baik lagi. Tentang TUHAN, SANG PENCIPTA kita, harus kita sangka yang baik saja karena tidak mungkin DIA ciptakan kita dan membuat kita hidup mengarah ke pinggir jurang yang curam. Doa adalah sangka yang paling baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun