Cuci otak. Ungkapan ini cukup mengerikan. Sering dikaitkan dengan aksi teror, orang ditangkap dan dijadikan alat untuk tujuan jahat.  Hal-hal jahat dipaksakan masuk ke otak orang menggantikan hal-hal baik. Cuci otak. Otak yang ada  dipakai untuk merusak otak yang lain.Â
Cuci otak. Ungkapan ini jarang dipakai dalam arti yang baik. Selalu dikaitkan dengan upaya jahat untuk menyebarkan kejahatan. Cuci otak ringan yaitu upaya terencana lewat pendidikan mulai dari anak-anak sampai ke orang dewasa untuk memahami hal-hal yang bertentangan dengan kemanusiaan. Malah sampai ke hal-hal yang paling mengerikan, yaitu: menyangkali adanya TUHAN. Inilah ulah manusia cuci otak sesama bukan untuk tujuan pembersihan tetapi pengotoran sampai pengaburan dan penggelapan yang membuat seseorang atau sekelompok orang takabur, salah memakai otak ke arah pembinasaan sesama oleh sesama.Â
Cuci otak. Ada dua pihak. Yang menyuci dan yang dicuci. Yang menyuci memakai otaknya untuk merusak otak orang lain. Yang dicuci menyerahkan otaknya untuk dicuci demi tujuan yang jahat. Dua pihak berada pada posisi yang salah, malah jahat karena akibat dari cuci otak seperti ini, sudah ada dalam sejarah umat manusia, betapa banyak malapetaka yang muncul karena hal yang sangat sederhana ini, cuci otak.
Cuci otak berawal dari NAFSU manusia untuk bersorak di atas derita dan petaka sesama. NALAR manusia mencari segala upaya mencuci otak manusia sekian rupa agar dapat menemukan dan menggunakan segala macam  cara dan alat untuk mencelakakan sesama. NALURI manusia yang seharusnya tertuju kepada kebaikan diri dan sesama, diputar-balikkan lewat cuci otak untuk menghalalkan tindakan merusak dan mematikan diri dan sesama itu baik dan luhur. NURANI manusia dibutakan lewat cuci otak untuk melihat yang gelap itu terang dan yang hitam itu putih. Dunia kasih dijungkir-balikkan menjadi dunia iri dan dengki. (4N, Kwadran Bele, 2011).
Cuci otak model begini harap tidak terjadi lagi di belahan bumi ini di mana pun dan kapan pun. TUHAN Pencipta diri kita manusia yang dilengkapi dengan bahagian tubuh yang kita kenal dengan istilah otak, tidak tega melihat otak hasil karya-Nya diutak-atik dengan tindakan cuci-mencuci sampai hilang tujuannya, mewujudkan Damai dan Kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H