Rindu. Ini naluri. Mau bertemu dengan sesama. Tentu yang dikenal dan dikasihi. Tidak pernah ada orang yang rindu musuh. Kawan itu aman dan rindu untuk dijumpai. Lawan itu berbahaya, dan sedapat mungkin dihindari, tidak mau ditemui. Ini karya naluri. Secara otomatis, naluri mendekat pada sahabat dan naluri menjauh dari pengkhianat. Rindu itu manusiawi. Hasilnya? Puas.
Ada empat unsur kepribadian dalam diri manusia. Nafsu + Nalar + Naluri + Nurani. (4N, Kwadran Bele, 2011). Setiap aktivitas manusia bisa mulai dari mana pun saja yang dipicu oleh empat unsur ini. Secara serentak keempatnya bertemu dan terpadu menjadi satu keutuhan diri pribadi yang nampak pada sesama.
Rindu pada orang yang disayangi. Naluri bertemu ini diikuti dengan Nafsu untuk berjabat tangan, berciuman, berpelukan, ada bersama. Nalar pun turut bekerja. Sahabat yang dirindukan ini apa kebiasaannya. Minum teh? Minum kopi? Main catur? Main musik? Semua itu dipikirkan, direncanakan lalu diwujudkan untuk menyenangkan yang dirindukan saat dia tiba. Naluri merindu, Nafsu memburu, Nalar merayu, Nurani merenung.Â
Hidup ini dari rindu ke rindu. Rindu pada orang atau keadaan. Itu semua tidak terlepas dari manusia. Jadi rindu itu karya manusia yang diwujud-nyatakan dalam berbagai bentuk, pikiran, perkataan, perbuatan dan kepercayaan. Ungkapan dalam bentuk seni sastra, lagu, lukis termasuk tampilan rasa rindu. Ada juga rindu keadaan yang baik, bahagia. Ini muncul dari setiap manusia untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, hidup untuk hidup. Hidup yang sementara dan hidup yang kekal.
Rindu untuk hidup kekal. Ini rumusan umum yang terdapat dalam setiap Agama. Hidup yang sekarang di dunia ini dipenuhi dengan rindu untuk senang, gembira, puas dan bahagia. Empat macam kerinduan. Senang itu hasil Nafsu. Gembira hasil Nalar. Puas hasil Naluri. Bahagia hasil Nurani. Empat kerinduan ini satu dengan empat sisi, empat unsur.Â
Hidup kekal itu ada senang abadi. Ada gembira abadi. Ada puas abadi. Ada bahagia abadi. Empat hal ini ada dalam diri setiap pribadi manusia, diawali dalam hidup di dunia dan dilanjutkan dalam hidup abadi. Semuanya terangkum dalam satu rasa Rindu, rindu pada TUHAN.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H