Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kenal

30 April 2022   21:13 Diperbarui: 30 April 2022   21:17 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kenal. Mengenal. Perkenalkan. Dikenal. Terkenal. Kenalan. Begitu banyak istilah muncul dari kata kenal. Hidup jadi hambar dan kesasar kalau tidak ada yang dikenal dan tidak mengenal seseorang pun. Jalan keluar? Cari kenal, perkenalkan diri. Kalau tidak, terasing di tengah keramaian. Ini yang namanya musafir? Kelana? Terbuang? Tersingkir? 

Kita manusia ini jadi terasing kalau mengasingkan diri. Supaya jangan terasing, kenal sesama. Dikenal sesama. Tujuannya bukan terkenal dalam arti yang biasa, tapi terkenal karena hal yang biasa, ada. Saya, anda, dia, kita ada dan karena ada itulah kita kenal sesama dan sesama kenal kita. Saling mengenal. Kalau sudah saling mengenal, mengapa berlaku seolah-olah tidak saling kenal? Sudah kenal lalu sengaja tidak kenal. 

Nafsu manusia seharusnya mendorong manusia untuk saling kenal. Untuk apa? Saling mengenal supaya tidak susah, sama-sama senang. Nalar manusia menunjukkan dengan jelas siapa itu sesama manusia. Sama-sama menghuni bumi dan mengolah bumi jadi tempat yang layak huni. Naluri manusia membimbing kita  manusia saling mengenal supaya saling menolong. Nurani kita mendorong kita untuk saling mengasihi.(4N, Kwadran Bele, 2011 ). 

Saling kenal lalu saling menyusahkan. Ini nafsu menguasai diri pihak yang menyusahkan supaya yang lain susah dan diri sendiri yang senang. Ada upaya dengan nalar yang begitu curang untuk kenal siapa sesama sambil cari-cari alasan untuk memusuhi. Naluri menolong jadi naluri mencaplok harta malah nyawa sesama. Nurani yang sedang bergetar untuk mengasihi malah diberangus dan sesama diciderai sampai dibunuh. Saling membunuh itu tidak terjadi antara sesama yang tidak saling kenal. Saling kenal dengan baik lalu saling mencelakakan. Sejalan.  Sungguh menyedihkan. 

Siapa yang paling banyak kenal dan tolong sesama, jadi orang terkenal. Baik sekali. Di satu pihak, siapa yang paling banyak menyusahkan malah membinasakan, juga jadi pribadi yang terkenal. Dikenal banyak orang sebagai penjahat kelas kakap.

Kita manusia ditempatkan oleh TUHAN di dunia ini agar saling kenal sebagai sesama manusia yang saling mengasihi. TUHAN kenal setiap kita karena DIA Yang menciptakan kita. Kita diperintahkan untuk saling kenal dan saling mencintai. Kita harus berlomba-lomba untuk saling mencintai bukan saling mencincang. Kenal satu sama lain. Harus. Untuk apa? Saling mencinta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun