Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Tanah dan Air

17 Maret 2022   15:43 Diperbarui: 17 Maret 2022   15:44 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tanah dan Air. Duanya bersatu dan hiduplah makhluk hidup. Tanggal 14 Maret 2022 Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo bersama 34 Gubernur dari seluruh Indonesia melaksanakan acara penyatuan tanah dan air dari seuruh penjuru Nusantara di lokasi berdirinya Ibu Kota Negara Republik Indonesia. Satu upacara yang unik. Simbol persatuan dan kesatuan. 

Tanah dan Air. Dalam tradisi masyarakat suku Buna' di pedalaman Pulau Timor, Provinsi Nusa Tenggara Timur, tanah dan air mempunyai makna tentang hidup dan kehidupan. Dalam bahasa Buna', muk (tanah), il (air). Muk dan Il bersatu menumbuhkan segala jenis makhluk hidup termasuk kita manusia. Muk dan Il  ini diwariskan oleh leluhur (tata bei mil). Dijaga setiap saat oleh roh-roh yang baik (muk gomo). Diciptakan oleh Yang Mahatinggi (Hot Esen). Ada tiga lapis kepercayaan: arwah leluhur, roh-roh dan Yang Mahatinggi. Atas dasar keyakinan inilah orang-orang suku Buna' sangat menghargai dan terikat pada tempat, tanah dan air di mana mereka tinggal.

Suku Buna' ini mempunyai falsafah hidup, 4N: Nopil + Nawas + Nezel + Nimil.  Nopil, artinya tenaga, kekuatan, kemampuan yang memampukan manusia itu hidup.  Nopil dipakai untuk pertahankan hidup dengan mengolah tanah dan air. Nawas, artinya dahi, otak, pengetahuan dan pengalaman. Nawas dipakai untuk memanfaatkan kesuburan tanah dan kelimpahan air untuk bertani dan beternak. Nezel, artinya perut. Ini ada kaitan dengan 'tali pusat' sebagai tali kekeluargaan, kekerabatan. Nezel menjadi ikatan untuk kerja bersama dalam mengolah tanah dan air. Tanah dan air itu milik bersama untuk kesejahteraan bersama. Nimil, artinya hati, bahagian paling inti dari kepribadian manusia. Nimil menjadi penyaring perilaku untuk menghargai tanah dan air sebagai warisan leluhur (tata bei mil), yang dijaga oleh roh-roh (muk gomo), diciptakan oleh YANG MAHATINGGI (HOT ESEN). 

Kearifan masyarakat suku Buna' inilah yang saya ejawantahkan menjadi filsafat pembangunan, Nafsu + Nalar + Naluri + Nurani  sebagai  empat unsur dalam diri pribadi manusia yang memampukan manusia itu hidup da menghidupkan. (4N, Kwadran Bele, 2o11).

Tanah dan air yang disatukan dalam upacara simbolik persatuan Indonesia sebagai Bangsa dan Negara di Kalimantan sangat sesuai dengan kearifan suku Buna' di pedalaman Pulau Timor. TUHAN memperkenankan kita bersatu dan menyatu sebagai satu Nusa datu Bangsa yang berbahasa Indonesia. Kita syukuri atas segala macam cara yang baik, benar dan bagus (3B). 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun