Puji. Memuji. Lawannya hina, menghina. Memuji menghidupkan. Menghina sama dengan membunuh. Dari sudut filsafat, memuji itu menghidupkan, menambah semaraknya hidup. Hidup karena dipuji. Puji memuji adalah tindakan saling menghidupkan. Sebaliknya, hina menghina adalah tindakan saling membunuh.Â
Tanaman bunga dalam pot yang tidak diperhatikan malah diejek sebagai bunga yang jelek, lama-lama akan mati. Begitu pun hewan piaraan, kalau disingkirkan, tidak diperhatikan, lama-lama akan kurus dan mati. Sebaliknya, tanaman pun kalau dipuji dalam bentuk perawatan yang baik, akan tumbuh subur.Â
Hewan piaraan juga kalau diperhatikan, diberi makanan pada waktunya, dirawat, akan bertumbuh menjadi hewan yang sehat, Â gemuk dan manja, menjadi kesayangan tuannya.
Filsafat tentang puji. Puji itu melihat dan menyatakan hal yang baik dalam diri yang dipuji. Filsafat pun kalau dipuji dengan ungkapan filsafat itu cara berpikir yang baik dan bermakna, maka yang berfilsafat, kita manusia, akan bertumbuh, bergembira karena berfilsafat.Â
Berfilsafat dengan menggerutu, menyatakan bahwa filsafat itu, sukar, berbelit, pikir tentang hal yang aneh-aneh maka filsafat menjadi beban, pengganggu pikiran kita dan filsafat sebagai cara berpikir tidak menghidupkan kita malah mematikan daya pikir kita. Pribadi kita akan layu dan lama-lama mengering. Tanpa filsafat diri kita kosong.
Dalam diri kita ada Nafsu  berbentuk dorongan, keinginan, kemauan. Nafsu ada filsafatnya. Dipikirkan apa itu Nafsu, arahnya ke mana, menguntungkan atau menjerumuskan diri kita. Pertimbangan tentang hakekat Nafsu inilah filsafat. Kita ada Nalar. Nalar itu kemampuan untuk berpikir.Â
Kita harus berpikir untuk memakai pikiran itu setiap saat supaya tidak tersesat. Kita ada Naluri. Pikir baik-baik apa itu Naluri, maknanya, manfaatnya. Inilah filsafat tentang Naluri. Kita ada Nurani.Â
Apakah benar ada Nurani, untuk apa dia ada. Ini pertanyaan filosofis tentang Nurani. Empat N: Nafsu + Nalar + Naluri + Nurani harus dipuji adanya dan perananannya. Keempatnya berkembang dan mengembangkan diri kita. Itulah hidup dalam filsafat, filsafat dalam hidup. (4N, Kwadran Bele, 2011).
Kita manusia dituntut untuk saling memuji, selalu dan di mana-mana. Kesulitan, kegersangan dan kematian ada karena kurang atau tidak saling memuji antara kita. Saling mengasihi itu diisi dengan saling memuji.Â
Mana ada doa kepada TUHAN yang isinya mengolok dan meghujat TUHAN. Doa itu intinya memuji TUHAN. Maka TUHAN inilah yang memerintahkan kita untuk saling memuji bukan saling mengolok dan menghina. Pujian yang tulus memuat hidup kita mulus, halus, lurus dan kudus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H