'Maaf, kalau bicara filsafat, saya mudur'. 'Filsafat itu untuk orang ahli pikir dong, bukan untuk orang-orang macam kami-kami ini'. 'Filsafat itu omong tinggi-tinggi yang tidak ada guna apa-apa'. 'Filsafat? Namanya saja sudah asing. Pasti isinya semua asing. Orang asing, negeri asing, pikiran asing'. 'Hah, mulai filsafat? Kau pasti mau kutip Aristoteles, Thomas Aquinas, Levinas, semua orang asing itu dan mulai omong tentang humanisme, atheisme, semua isme yang bikin bingung lalu sendiri bingung. Maaf, kalau masuk bidang filsafat, saya pikir kamu saja, saya tidak'.
Ini semua kutipan miring tentang filsafat. Memang, namanya saja sudah asing, pilsafat, filsafah, filsapat, filosopi, pilsuf, palsafah, falsapah. Banyak lidah lafalkan saja salah-salah. Â Wajar membuat banyak orang alergi. Sudah harus kalau begini ini. Asing dibuat lebih asing lagi. Lalu yang sedikit tahu filsafat sedikit, buat kutipan-kutipan entah nama orang atau pikiran orang tidak jelas sehingga membuat telinga orang berdiri dan pikiran orang melayang tidak mendarat.
Dalam  'Kompasiasana' ini saja ada kolom 'Humaniora' baru ada sub-kolom, 'bahasa, edukasi, filsafat, sosbud'. Filsafat tersisip di situ. Dugaan saya, ada 'Kompasianer' yang lihat dan baca 'filsafat', langsung lewat dan bergumam, 'Ini bukan bidang saya'. Wajar, barang asing. Saya kalau ditawarkan buah jambu dan peer, pasti saya pilih jambu. Asing tetap asing, apa lagi kalau lebih diasingkan lagi.
Seandainya Socrates, Agustinus, Habermas itu hidup di Indonesia, pasti istilah yang muncul, 'pikir'. Dari situ baru diuraikan, pikir benar, pikir baik, pikir bagus. Lalu yang suka pikir itu disebut 'tukang pikir'. Yang pikir dalam-dalam, disebut 'ahli pikir'. Yang banyak pikir dan temukan kebenaran  itu disebut 'Pencinta kebenaran'. Lalu ada uraian lagi, isi pikiran, cara berpikir, kelompok berpikir, aliran pemikiran. Ini semua yang ditemukan dalam istilah-istilah asing sehingga kita rasa asing. 'Filsafat, oh, filsafat. Kau memang tetap asing kalau namamu saja asing apa lagi isimu'.
Filsafat itu hasil pikiran lewat pikir sedalam-dalamnya tentang semua yang ada dan dapat dipikirkan untuk temukan kebenaran. Haha...
Nafsu kita mendorong kita cari kebenaran. Nalar kita beri jalan kepada kita cari kebenaran. Naluri kita suka cari orang-orang yang pikir benar, omong benar dan buat benar. Nurani kita puas dengan  kebenaran dan ada dalam SUMBER KEBENARAN. TUHAN. Ini filsafat. Dipahami melalui kerjasama antara empat unsur dalam diri kita, 4N, Nafsu+Nalar+Naluri+Nurani. (4N, Kwadran Bele, 2011).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H