Hidup ini tanggung. Tanggung jawab, ya. Tanggung hasil, ya. Tanggung tugas, ya. Tanggung susah, mengapa susah? Tanggung malu, mengapa malu? Hidup tanggung hal yang baik, benar dan bagus. Hal yang buruk, salah dan jelek, jangan ditanggung, tapi dibuang, ditinggalkan. Kita manusia sering membebani diri dengan tanggung dua-dua: jawab dan diam, hasil dan gagal, tugas dan lalai. Tanggung yang baik, buruknya dibuang. Tanggung yang benar, salahnya dibetulkan. Tanggung yang bagus, jeleknya dihindari. Tidak boleh berkubang dalam keburukan, bertahan dalam  kesalahan, bernaung dalam kejelekan.Â
Hidup ini tanggung kebenaran. Kesalahan bukan ditanggung, tapi disesali. Hidup ini tanggung hasil. Kalau gagal, bukan ditanggung, tapi diakali supaya berhasil. Hidup ini tanggung kesenangan. Untuk apa tanggung susah. Pantas kalau ada dari kita yang bilang saya ini susah terus, susah banyak sekali, silih berganti. Itu karena tanggung susah, tidak mau tanggung senang. Mana mungkin kita diberi hidup oleh TUHAN untuk tanggung susah derita. Jadi sampai sekarang yang dikatakan tanggung derita, tanggung sengsara itu salah? Yah, salah. Yang benar bagaimana?
Manusia diberi TUHAN empat unsur: Nafsu + Nalar + Â Naluri + Nurani. (4N, Kwadran Bele, 2011).Â
Nafsu ada untuk ingin segala yang baik, benar dan bagus. Sesudah dapat, yah, nikmati hasilnya. Upaya dan hasil inilah yang ditanggung, dipikul, dibawa dan diserahkan kepada Pemberi Hidup, TUHAN.Â
Nalar ada untuk cari jalan ke luar dari belitan segala seluk-beluk pengetahuan guna dimanfaatkan demi hidup yang lebih sejahtera. Pakai hasil temuan itu untuk hidup dalam akal dan masuk akal bukan di luar aka dan lawan akall. TUHAN senang dengan tanggung-jawab seperti ini.
Naluri ada untuk saling ajak tanpa kecuali tanggung tugas sejahterakan diri dan sesama sambil gembira ria menghadap TUHAN setiap saat dalam karya dan amal. Ini yang namanya hidup penuh tanggung-jawab.Â
Nurani ada untuk tapis ampas tinggal sari, kupas kulit tinggal isi. Mana bisa hadapkan kepada TUHAN, ampas dan kulit dari hidup ini.Â
Jadi hidup ini tanggung. Tanggung sari patinya, pahit getirnya  disingkirkan bukan ditanggung pikul ke mana-mana.Â
Hidup penuh tanggung-jawab, dalam segala yang baik, benar dan bagus. Â Itulah kebahagiaan yang kita tuju siang-malam.Â
Di saat ini, sepanjang waktu dan di ujung sana ada TUHAN.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H