Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hidup dari Sudut Filsafat

18 Mei 2021   13:31 Diperbarui: 18 Mei 2021   13:58 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup itu tanya. Tanya apa? Kepada siapa? Tentang apa? Tanya apa saja. Kepada siapa saja. Tentang apa saja. Kenapa tanya? Karena hidup ini misteri. Secuil pun dari hidup ini tidak bisa dipahami. Makanya tanya dan tanya. Ada jawabannya. 

Setiap pertanyaan yang ditanyakan pasti ada jawabannya. Tidak ada satu pertanyaan pun yang tak terjawab. Kalau begitu, semua jawaban itu terkumpul maka sudah ada jawaban atas semua pertanyaan dan tidak perlu tanya lagi toh! 

Terjawab satu muncul misteri yang lain lagi sehingga satu jawaban disusul satu pertanyaan, tanya-jawab, tanya-jawab atau jawab-tanya, jawab-tanya, begitu terus dan hidup jadi hidup karena ibarat air mengalir, terus mengalir sampai ke laut, menjadi uap, jadi hujan, turun dan mengalir lagi mengikuti siklus yang sama.

Manusia ada Nafsu untuk menikmati apa saja. Ini diawali dengan tanya. Nasi sudah ada? Saya makan. Sudah kenyang? Berhenti. Ini rentetan tanya-jawab dalam dan oleh adanya Nafsu dalam diri kita manusia. 

Manusia ada Nalar untuk mengetahui apa saja yang mau ia ketahui dan alami. Ini berawal dari tanya. Hari ini hujan? Tanya peramal cuaca. Dia jawab. Hujan berapa lama? Deras atau tidak? Disertai angin atau tidak? Otak kita disiapkan dengan syaraf-syaraf untuk menampung dan menyalurkan dorongan Nalar untuk mengetahui dan mengalami setiap derap langkah hidup ke depan.

Manusia ada Naluri untuk mengenal, menemui dan bergaul dengan siapa saja yang ia kenal, ia temui dan ia akrabi. Ini karya Naluri. Kapan datang? Kapan pulang? Bagaimana keadaan di sana? Ada baik-baik? Sehat? Ini semua rentetan tanya yang dimunculkan oleh Naluri. Tiap pertanyaan itu butuh jawaban. Jawab satu muncul tanya yang lain lagi. Ini yang membuat kita manusia ini akrab dan saling membutuhkan. Ini karya Naluri.

Manusia ada Nurani untuk rasakan, renungkan, resapkan segala yang ia kecapi dengan Nafsu, ketahui dengan Nalar dan alami dengan Naluri. Nurani tampung semua itu dan terjadilah perpaduan empat N: Nafsu + Nalar + Naluri +  Nurani yang mengolah tanya-jawab tentang hidup selama hidup ini. (4N, Kwadran Bele, 2011). 

Tanya terus dan terus tanya. Karena jawabnya ada, sudah ada dan akan ada. Siapa yang jawab? DIA, YANG MAHA-TAHU.  

Berarti, tanya terus dan terus tanya. Itulah hidup. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun