Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Hidup dari Sudut Filsafat (50)

4 Mei 2021   07:30 Diperbarui: 4 Mei 2021   07:33 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup ini awal. Dihitung dari mana, di kandungan ibu? Saat lahir? Awal hidup itu kapan? Sekarang. Tiap saat itu awal hidup. Satu menit yang lalu, sudah lewat. Menit ini adalah awal hidup. Menit berikut adalah awal lagi. Jadi mulai dari awal terus? Benar, awal dan awal. Lalu akhir kapan? Tidak ada akhir. Hidup ini ada awal, tidak ada akhir. Hidup yang paripurna itu ada dalam manusia. Semua makhluk hidup lain yang bukan manusia benar hidup dalam keterbatasan, ada awal dan ada akhir. Pohon itu hidup. Kalau mati, habislah hidup dalam diri pohon itu. Ayam, hidup. Kalau disembelih, akhir hidupnya tiba pada saat itu. Jadi tumbuhan dan hewan ada hidup yang ada awalnya dan ada akhirnya. Kita manusia, hidup kita itu ada awalnya dan tidak ada akhirnya. Itulah perbedaan antara hidup dari diri yang bukan manusia dengan yang manusia. 

Hidup manusia ada awal tidak ada akhir. Di mana dasarnya? Yah, dari Pencipta, TUHAN, Dia Yang ciptakan kita manusia jadi mitra-Nya, rekan-Nya dan Dia yang yakinkan kita bahwa awal hidup kita dari Dia dan berlanjut terus dalam Dia, dengan Dia. Kekal. Ini kebenaran. Dan ini bukan untuk dimengerti tetapi untuk dipercaya. Karena tidak mengerti lalu tidak percaya, terserah. Biar tidak mengerti tapi percaya, itulah saya, anda, dia, kita yang mau terima bahwa tidak mengerti tapi percaya. Ada yang tidak mengerti karena itu tidak percaya, itu adalah hak dia, jangan paksa.

Hidup ini awal dan tetap awal tanpa akhir. Mana buktinya? Mana dalilnya? Amerika ada, bilang ada orang di sana. Saya belum lihat dan saya tidak mengerti bahwa ada tanah lain dan ada orang lain selain tanah tumpah darah saya  dan orang-orang dekat saya. Karena saya tidak lihat dan saya tidak mengerti maka saya tidak percaya dan itu tidak ada. 

Hidup manusia ini ada awal dan tidak ada akhir. Ada yang katakan begitu dan saya tidak mengerti tapi saya percaya. Ini bukan filsafat kampungan. Ini dalilnya, ada hal-hal yang dapat diinderai tetapi ada yang tidak dapat diinderai, tetapi ada. Hidup ini ada dan hidup yang ada itulah yang dalam diri manusia ada awal tidak ada akhir. Manusia hidup, saya lihat. Hidup manusia, saya tidak lihat. Hidup dan manusia, dua hal yang berbeda, tapi ada.

Hidup yang tidak ada awal dan tidak ada akhir itu ada dalam DIA. Nafsu untuk menikmati, nalar untuk memahami, naluri untuk  bergaul, nurani untuk merenung,  mengarahkan kita untuk terima dan percaya bahwa memang hidup kita ini ada awal tidak ada akhir. (4N, Kwadran Bele, 2011). 

Hidup ini awal dan awal terus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun