Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hidup dari Sudut Filsafat (35)

31 Maret 2021   22:29 Diperbarui: 31 Maret 2021   22:43 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hidup itu bawa. Siapa bawa apa untuk siapa? Bawa dari mana ke mana? Saya, anda, dia, kita yang bawa hidup kepada DIA YANG beri kita hidup. Dari DIA kembali kepada DIA. 

Wah, hidup itu apa sehihgga bisa bawa hidup. Apakah hidup bawa hidup berarti hidup bawa diri sendiri? Yah. Hidup itu ditampung dalam wadah yang dilengkapi dengan empat unsur: Nafsu+Nalar+Naluri+Nurani. Itulah manusia. (4N, Kwadran Bele 2011). 

Jadi manusia itu hidup dalam hidup. Hidup itu melampaui manusia karena manusia hidup dalam hidup. Kita manusia bawa hidup itu dalam diri kita sejauh tertampung dalam diri kita manusia yang membuat kita manusia hidup. Hidup bawa kita, kita bawa hidup. Saling menampung dan saling membawa. Dari mana? Dari sumber hidup itu sendiri, SANG HIDUP ABADI, TUHAN,  Yang menghidupkan segala yang hidup. Ke mana? Ke SANG HIDUP. 

Hidup bawa hidup ke sumber hidup. Siapa yang bawa? Kita manusia. Tiap pribadi kita manusia tampung hidup dalam diri kita dan kembangkan hidup itu menjadi hidup yang kaya makna. 

Dengan Nafsu yang ada dalam diri kita, kita himpun apa saja yang baik dan berguna untuk merias hidup ini. Dengan demikian kita semakin berarti dan semakin berguna bagi diri dan sesama di depan TUHAN. 

Dengan Nalar kita menjangkau pemahaman yang terdalam tentang makna hidup yang kita bawa dalam diri kita. Segala pengetahuan dan pengalaman dalam hidup adalah hasil olahan karya Nalar. 

Dengan Naluri kita diajak dan mengajak sesama untuk sama-sama nikmati hidup  dan membawa hidup menuju hidup sampai ke tujuan akhir hidup yaitu SANG HIDUP. 

Dengan Nurani kita resapkan segala pernik hidup ini menjadi untaian mutu manikam yang indah tak ternilai. 

Hidup yang kita perkaya dengan Nafsu, kita jangkau dengan Nalar, kita nikmati dengan Naluri, kita resapkan dengan Nurani, menjadi hidup yang indah dikemas dalam dulang emas dan ditatang sebagai persembahan bagi SANG HIDUP. 

Setiap gerak langkah dalam hidup ini adalah derap tapak kita maju membawa hidup itu ke sumbernya. Aneh kalau kita cabik hidup ini dan bawa lalu hadapkan kepada PEMBERI hidup itu dalam keadaan terkoyak-koyak.  Kita bawa hidup ini utuh, kembalikan dalam keadaan utuh. Utuh itu berarti ada keseimbangan antara 4N, Nafsu + Nalar + Naluri + Nurani. 

Nafsu yang terukur, Nalar yang teratur, Naluri yang tersalur, Nurani yang terhibur, itulah hiasan hidup dan itulah yang kita bawa dari DIA, kembali kepada DIA.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun