Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hidup dari Sudut Filsafat (16)

1 Maret 2021   19:14 Diperbarui: 1 Maret 2021   19:34 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hidup itu nyata. Hidup tidak di awang-awang. Ada kenyataan tak terbantahkan, hidup itu menyatu dengan keadaan alam. Hidup ada dalam tumbuhan. Hidup ada dalam hewan. Hidup dalam tumbuhan dan hewan ada untuk menunjang hidup dalam manusia. Ini kenyataan. Kalau nyata maka tidak boleh disangkal. 

Dalam manusia ada nafsu untuk manfaatkan tumbuhan dan hewan supaya manusia bisa hidup. Untuk olah tumbuhan dan hewan jadi makanan dalam manusia ada nalar. Dengan nalar manusia mampu salurkan hidup dalam tumbuhan dan hewan ke dalam dirinya. 

Naluri dalam manusia mendorong manusia untuk sama-sama hidupkan tumbuhan dan hewan supaya cukup tersedia untuk semua manusia. Nurani manusia menyadarkan manusia untuk hargai hidup dalam tumbuhan dan hewan karena hidup yang ada dalam diri manusia, tumbuhan dan hewan itu nyata adanya. 

Dalam tiga makhluk ini hidup itu ada secara nyata dan saling berkaitan sebagai mata rantai yang tak terputus. Berani rusakkan hidup dalam salah satu dari tiga makhluk ini maka mata rantai hidup akan berantakan. Jadi nafsu, nalar, naluri dan nurani dalam manusia membuat manusia hidup secara nyata ditunjang oleh hidup dalam tumbuhan dan hewan. (4N, Kwadran Bele, 2011).

Hidup itu nyata. Hidup ada dan dihidupi manusia dalam satu rangkaian saling tunjang antara hidup yang ada dalam manusia, tumbuhan dan hewan. Semua itu dilengkapi lagi dengan unsur lain, udara, air dan panas matahari. Manusia sering alami hidupnya itu terganggu oleh penyakit atau bencana alam. Ini kenyataan. Ada debu, tanah dan batu. Ini dilihat sebagai benda yang tidak hidup. Ini nyata. 

Tetapi hidup tidak bisa berlangsung tanpa adanya benda-benda yang dianggap benda mati itu. Tumbuhan butuh tanah. Hewan butuh tumbuhan. Manusia butuh tiga-tiganya, tanah, tumbuhan, hewan. Tiga yang hidup ini butuh yang tidak hidup seperti tanah, udara dan sinar matahari. Kenyataan ini yang sering diabaikan oleh manusia.

Hidup yang nyata ini dihidupi secara penuh oleh kita manusia. Begitu banyak mata rantai hidup yang saling menghidupkan. Saya, anda, dia, kita terima kenyataan adanya hidup ini sebagai hadiah dari TUHAN. Aneh kalau kita manusia kurang memelihara hidup ini. TUHAN menyelenggarakan hidup ini dengan begitu rapi. Kita yang sering mengobrak-abrik hidup ini sampai berantakan. Kenyataan adanya ketimpangan dalam hidup ini harus kita sesali dan segera bertobat. TUHAN Maha-sabar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun