Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hidup dari Sudut Filsafat (14)

27 Februari 2021   20:58 Diperbarui: 27 Februari 2021   21:00 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hidup ini lurus. Lapang, Luas, Lurus. 3L. Hidup yang utuh itu ini. Lapang, terbuka. Luas, bebas. Lurus, terarah. Ini yang namanya hidup. Lurus, tidak belok-belok, tidak ada lika-liku, tidak ada naik-turun. Sering ada istilah, hidup itu ada naik-turunnya, ada pasang-surutnya. Ini tidak benar. Jadi? Senang terus? Atau susah terus? Biasa silih berganti, untung-malang, suka-duka. Mana ada hidup yang lurus terus. Lurus apa? Lurus ke mana? Ini polemik filsafat. Harus dipikir tenang-tenang, mendalam.

Hidup lurus. Itu aslinya. Mana mungkin PEMBERI hidup, Yang Mahakasih itu kasi hidup yang ada cacatnya. Hidup yang lapang, luas, lurus. Itu yang dikasi oleh DIA. Bicara tentang hidup, harus mulai dari sini baru ada isi. Hidup itu dari DIA, oleh DIA, untuk DIA. Makanya saya, anda, dia, kita, yang namanya manusia ini harus sadar sesadar-sadarnya bahwa hidup yang kita hidupi ini lurus, tidak bengkok-bengkok. Yang bengkok memang terjadi. Siapa yang buat bengkok? Kita. Bukan DIA. Jadi kalau ada susah, terus ada keluhan, 'Tuhan e, kenapa bisa begini. Tolong, Tuhan'. Ini comelan hampa.

Hidup lurus supaya tetap lurus, ada kuncinya. PEMBERI hidup itu Mahabijaksana sehingga setiap kita manusia diberi empat unsur ini: Nafsu+Nalar+Naluri+Nurani. (4N, Kwadran Bele, 2011).

Setiap kita ada nafsu untuk menikmati apa yang ada di depan kita. Nafsu makan, yah makan. Lapar karena belum makan. Lapar dan tidak makan, itulah yang namanya hidup bengkok. Mau makan tapi tidak usahakan makanan, sehingga curi orang lain punya hak. Ini bengkok, tidak lurus. Nafsu tidur, yah tidur. Mengantuk karena letih. Biar letih, kerja terus, bunuh diri. Penuhi nafsu sebagaimana adanya, itulah yang namanya hidup lurus.

Setiap kita ada nalar. Nalar yang lurus itu pikir dan buat yang benar. Bicara yang benar dan baik sebagai hasil kerja nalar, itu namanya bernalar secara lurus. Sudah tahu itu salah, buat yang salah dengan tahu dan mau. Ini namanya hidup tidak lurus lagi, putar-balik. Nalar lurus hidup mulus.

Setiap kita ada naluri. Naluri meluruskan hidup dengan cara hargai sesama, menbantu dan dibantu, mengasihi dan dikasihi. Saling mengisi dengan hal-hal yang baik. Inilah naluri yang lurus. Saling menyusahkan. Orang lain susah. Sendiri susah. Sama-sama susah karena sama-sama salah. Ini yang namanya hidup tidak lurus lagi. Yang membuat tidak lurus itu kita manusia-manusia ini yang salah pakai naluri di luar dari maksud naluri.

Setiap kita ada nurani untuk menyaring tingkah-laku kita, yang benar dibenarkan, yang salah disalahkan. Hidup jadi lurus kalau nurani ini ditaatai bisikannya untuk tetap lurus, tulus terhadap diri, sesama dan terutama terhadap DIA PEMBERI hidup itu.

Hidup itu lurus dan kitalah yang harus jaga kelurusannya. Itu Perintah dari DIA. Hidup lurus ke arah DIA, pasti tiba dengan selamat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun