Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

"Hidup" dari Sudut Pandang Filsafat (10)

24 Februari 2021   12:32 Diperbarui: 24 Februari 2021   12:35 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hidup itu rapi. Makanya yang dititipi hidup harus rapikan hidup dari saat ke saat. Tidak boleh hidup dibiarkan berantakan. Yang dititipi hidup adalah saya, anda, dia, kita. Kita manusia hidup karena dapat titipan hidup dari Sang Pemilik Hidup, TUHAN. Pangkas rambut, potong kuku, sisir rambut, mandi, itu rapikan tubuh. Itu bagian dari rapikan hidup. Benar. Hanya harus diingat, jangan sampai rapi di luar ruwet di dalam. Sering terjadi, kita manusia ini rapi di luar berlebihan untuk menutupi rongsokan di dalam yang sumpek. Jadi apa yang harus dirapikan dalam hidup ini? Empat hal yang harus dirapikan. Rapikan nafsu, nalar, naluri dan nurani. (4N, Kwadran Bele, 2011). Empat unsur ini bukan soal urutan, tapi bahagian dari hidup yang saling melengkapi dalam diri pribadi kita manusia.

Rapikan nurani. Tekun merenung dan menenangkan nurani. Itulah kegiatan rapikan nurani, salah satu bahagian dari hidup. Rapikan naluri. Hindari iri, marah dan benci pada sesama. Beri perhatian, hargai sesama dan tolong sesama sedapat mungkin. Itulah kegiatan rapikan naluri. Rapikan nalar. Hindari pikiran jebak-menjebak diri dan sesama ke dalam keputusan yang menyesatkan. Tidak merasuk diri dengan tipu muslihat. Perkaya diri dengan rangkaian pengalaman dan pengetahuan yang benar, baik dan berguna. Nalar jadi rapi dan menuntun diri kita manusia menjadi manusia yang dipercaya dan diterima oleh sesama dengan rasa yakin bahwa pendapat yang ke luar dari kita muncul dari nalar yang jernih dan cerdas. Rapikan nafsu. Kecenderungan mau ini mau itu, baik sejauh itu wajar dipenuhi sesuai kebutuhan. Nafsu tidak rapi lagi kalau mau harta tapi kemampuan tidak sesuai dengan yang dikehendaki. Bahaya, nafsu menjerumuskan diri manusia ke dalam dunia penggarong harta orang lain.

Hidup yang rapi itu tidak tergantung pada rapi di luar saja. Rapi di luar rapi di dalam. Luar dalam sejalan, sama-sama rapi. Utuhnya hidup manusia itu di sana. Nafsu + Nalar + Naluri + Nurani rapi tertata dalam hidup manusia.

TUHAN Pemberi hidup itu tidak menuntut rapi di luar saja, tapi rapi luar-dalam. Sesama yang ada bersama saya, anda, dia, kita, sama-sama tenteram dan nyaman karena ada dalam lingkungan pribadi dan sekitar yang serba rapi luar-dalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun